Menu Tutup

Trik Besar Mendapatkan Lailatul Qadar

Cara Besar Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

 

Memasuki sepuluh
malam terakhir bulan Ramadhan, maka Allah memberikan bunus khusus kepada setiap
muslim. Ibarat lomba, sebelum sampai finish, ternyata Allah memberikan reward
luar biasa bagi orang-orang yang luar biasa. Reward sebelum sampai finish bulan
Ramadhan ini adalah malam lailatul qadar. Malam lailatul qadar ialah malam
dimana Allah menurunkan Al Qur’an dari lauhul mahfudz di muka bumi, malam yang
dipenuhi oleh Rahmat karena turunnya malaikat dan malam yang ibadah di bulan
itu setara dengan ibadah 1000 bulan (kurang lebih 84 tahun). Namun, karena ia
itu adalah reward, waku pasti kapan Allah memberikannya, tentu sebagai suatu
rahasia.

Waktu Lailatul
Qadar

Imam Ahmad
meriwayatkan sebuah hadits dari shahabat Ubadah bin Shamit, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,”Lailatul qadar itu di sepuluh hari
terakhir. Barangsiapa yang berdiri melaksanakan shalat karena mencari kebaikan
dari hari itu, maka Allah akan mengampuni segala dosa yang telah ia lakukan
maupun yang akan ia lakukan. Ia ada di malam ganjil, Sembilan, tujuh, lima,
tiga atau di akhir malam Ramdhan.”

Imam Ibnu Katsir
juga menukil sebuah hadits dari Imam Ahmad tentang tanda-tanda terjadinya malam
lailatur qadar. Rasulullah menyampaikan bahwa tanda-tanda terjadinya malam
lailatul qadar ialah malam hari itu cerah. Bulan pada hari itu terlihat terang,
tenang, tidak dingin dan tidak panas, tidak boleh ada bintang yang digunakan
untuk melempar (setan) sampai besok pagi. Selain itu, tandanya ialah matahari
terbit di siang harinya dengan cerah. Tidak ada tutupan sama sekali seperti
bulan di setiap tanggal 15 dan setan tidak boleh keluar sama sekali di hari
itu.” Ibnu Katsir menjelaskan bahwa hadits ini sanadnya hasan, meskipun di
beberapa lafal ada suatu hal yang aneh.

Baca juga,”Hikmah Perang Badar di Bulan Ramdhan” 

Trik dari Rasul
Menggapai Lailatul Qadar

Memang Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam tidak mengabarkan kepada kita secara pasti kapan
terjadinya malam lailatul qadar. Karena memang, Rasulullah sendiri tidak tahu kapan
malam itu terjadi. Namun, beliau memberikan trik kepada kita untuk menggapai
malam istimewa itu. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari
dari Aisyah ra. Beliau bercerita bahwa trik Rasul untuk mendapatkan malam
lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dengan bulan Ramadhan adalah
memaksimalkan ibadah sebaik dan sebanyak mungkin. Aisyah ra. bercerita bahwa
Rasul di malam-malam itu sering membangunkan keluarganya supaya sama-sama
beribadah, mengencangkan ikat pinggang untuk giat beribadah dan tidak melakukan
jimak serta memaksimalkan ibadah di malam hari sebanyak mungkin (ahya
lailatahu
). (HR. Al Bukhari, Kitab Shalatut Tarawih, Bab Al Amalu fi
Asyril Awakhir, hadits 1920
).

Ketika kita coba ringkas
hadits-hadits Rasul secara umum, ada beberapa trik utama untuk mendapatkan
malam lailatul qadar. Di antaranya adalah sebagai berikut :

 

1.      
Memperbanyak Shalat

Sebagaimana yang
diceritakan oleh Aisyah pada hadits tersebut, Rasulullah di sepuluh hari
terakhir menghidupkan malamnya dengan banyak melakukan shalat. Tidak hanya itu,
beliau juga mengajak keluarga untuk bersama melakukan kebaikan itu. Supaya
tercipta suatu lingkungan yang baik dan support system yang sempurna. Aisyah
dalam riwayat Imam Ahmad juga menceritakan bahwa Rasulullah itu di dua puluh
hari pertama Ramadhan masih mencampurkan shalat dengan tidur. Namun, ketika
sudah memasuki sepuluh hari terakhir, beliau begadang untuk beribadah.

Dalam hal ini,
Syekh Al Ushaimi menjelaskan bahwa ada empat tingkatan shalat dalam rangka mencari
lailatul qadar. Pertama, melaksanakan shalat malam di seluruh waktu
malam. Dari setelah isya hingga subuh. Kedua, melaksanakan shalat di
awal malam (setelah isya) dan melakukan hal serupa di sepertiga malam terakhir.
Ketiga, Melaksanakan shalat di sepertiga malam terakhir saja dan keempat,
melaksanakan shalat malam di awal malam (setelah isya) saja.

Namun, kita
menyadari bahwa kemampuan setiap muslim itu berbeda-beda. Bagi yang bisa
melakukan tingkatan shalat pertama, maka itu yang paling sempurna. Namun apabila
tidak, setidaknya derajat keempat jangan ditinggalkan. Bagi orang yang tidak
mampu sama sekali melakukan shalat malam, setidaknya jangan sampai meninggalkan
shalat isya dan shalat subuh berjamaah di masjid. Hal ini sebagaimana yang
disampaikan oleh Imam Asy Syafi’I dalam pendapat lama beliau,”Barangsiapa yang
menghadiri shalat isya dan subuh secara berjamaah, maka ia sudah mendapatkan
satu bagian dari malam lailatul qadar.” (Ibnu Rajab, Lafhaiful Ma’arif, hlm.
340
).

 Baca juga,”Shalat Dua Rakaat Sebelum Tarawih


2.      
Mengajak Orang Lain

Supaya shalat yang
kita lakukan itu lebih semangat, maka manusia itu perlu teman untuk bersama
melakukan kebaikan. Siapa teman yang paling berhak untuk diajak ? Yang paling
berhak ialah keluarga. Keluarga lah yang paling dekat dengan kita dan paling
mudah untuk diajak melaksanakan kebaikan. Rasulullah dalam hadits Aisyah membangunkan
keluarganya untuk shalat. Hal ini beliau lakukan juga ketika membangunkan Ali
ra. dan Fathimah ra. untuk shalat. Ketika membangunkan, beliau sering bersabda,”Tidakkah
kalian mau bangun dan mengerjakan shalat ?” (HR. Al Bukhari, Kitab At
Tahajjud, Bab At Tahridhun Nabi ala Qiyamillail
). Umar bin Khattab pun meneruskan
tradisi yang dilakukan oleh Rasul ini. Beliau sejak shalat isya hingga
pertengahan malam melaksanakan shalat sendirian. Namun ketika sudah memasuki setengah
malam akhir, beliau membangunkan keluarganya,”Shalat ! Shalat !” dan membaca
ayat 132 dari surat Thaha – wa’mur ahlaka bish shalati wash thabir alaiha.

 

3.      
I’tikaf

Trik besar untuk
mendapatkan malam lailatul qadar berikutnya ialah melakukan I’tikaf di sepuluh
malam terakhir Ramadhan. Aisyah ra. menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam itu di sepuluh hari terakhir melaksanakan I’tikaf secara terus
menerus hingga Allah mewafatkan beliau (Muttafaqun Alaih). Bahkan, dalam
sebuah riwayat Imam Bukhari dari shahabat Abu Hurairah, Rasululllah biasanya
melaksanakan I’tikaf di sepuluh hari terakhir. Namun di tahun wafatnya beliau,
ia melaksanakan I’tikaf di dua puluh hari terakhir.

Baca juga,”Shalat Tarawih, Dua Dua atau Empat Empat

Ibnu Rajab
menjelaskan bahwa I’tikaf ini dilaksanakan dengan tujuan supaya orang tersebut bisa
fokus dalam beribadah. Oleh karena itulah mengapa Imam Ahmad bin Hanbal tidak
menganjurkan orang yang melakukan I’tikaf untuk bersosialisasi dengan orang
lain. Bahkan menurut beliau, orang yang I’tikaf tidak disarankan untuk
mengajar, membacakan Al Qur’an atau hal-hal yang lain. Ia diharapkan bisa fokus
beribadah kepada Allah. Ibnu Rajab juga menjelaskan bahwa I’tikaf itu harus
dilaksanakan di masjid, tidak boleh dilaksanakan di tempat yang lain (mushola
maupun langar). Tujuannya ialah supaya orang tersebut masih bisa mengikuti
shalat jum’at secara berjamaah. Hal itu karena suatu khalwat (menyendiri) yang menyebabkan
orang tersebut tertinggal tidak melakukan shalat jamaah atau shalat jum’at itu
terlarang.

 

****

Itulah setidaknya tiga hal yang bisa dilakakukan
demi bisa mendaatkan malam lailatul qadar. Apabila ketiga bentuk ibadah itu
diperas, maka akan berujung satu hal saja yaitu banyak-banyak melakukan ibadah
di sepertiga malam terakhir. Semoga kita di bulan Ramadhan kali ini bisa
mendaatkan keutamaan hari tersebut. Aamin []

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *