Menu Tutup

Sholat Awwabin, Apa dan Bagaimana ?

 

Selesai menulis sebuah artikel tentang makmum
masbuk, salah seorang jamaah masjid tempat biasanya kami mengisi kajian di sana
bertanya tentang, apa itu sholat awwabin dan bagaimana tata caranya.

Menarik juga hal ini ditelusuri dan dibicarakan. Mengingat
penulis sendiri sebenarnya tidak pernah melakukan suatu sholat yang bernama
sholat awwabin ini. Namun, ilmu itu luas. Suatu hal yang belum kita ketahui,
perlu untuk ditelusuri dan dipelajari hakekatnya untuk menemukan sebuah
kesimpulan yang baik. Lantas, apa dan bagaimana sholat awwabin itu ?

 

Hakekat Sholat Awwabin

Setelah kami telusuri, ternyata istilah sholat
awwabin yang beredar di masyarat ialah sholat yang dilakukan setelah maghrib
hingga isya’ dengan jumlah rakaat tertentu dan bacaan tertentu juga.
Barangsiapa yang melakukan sholat itu maka, pahalanya seperti melakukan ibadah
dua belas tahun. Hal ini sebagaimana yang disebutkan pada buku ‘Tuntunan
Lengkap Rukun Islam & Doa: Kunci Beragama Secara Kafah (Ed. Revisi)’ karya
Dr Moch Syarif Hidayatullah.

Sholat awwabin dengan model seperti ini dilakukan berlandaskan
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dari shahabat Abu Hurairah
radhiyallahu anhu dalam kitabnya sebagai berikut (Sunan At Tirmidzi, 2/298, no.
435) :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى بَعْدَ المَغْرِبِ سِتَّ
رَكَعَاتٍ لَمْ يَتَكَلَّمْ فِيمَا بَيْنَهُنَّ بِسُوءٍ عُدِلْنَ لَهُ بِعِبَادَةِ
ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً . رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ

Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, dia berkata,”Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,’Barangsiapa yang sholat setelah maghrib enam rakaat, tidak berbicara
di antara sholat itu dengan (omongan) yang buruk, ia setara dengan ibadah dua
belas tahun.” HR. At Tirmidzi.

Mengenai hadits tersebut, Imam At Tirmidzi sendiri
berkomentar bahwa hadits itu dhaif karena Umar bin Abdillah bin Abi Khas’am
yang merupakan salah satu rawi dari hadits tersebut dhaif. Hal ini pula yang dikatakan
oleh Al Imam Al Bukhari. Bahkan beliau mengatakan bahwa Umar bin Abi Khas’am
itu munkar hadits dan sangat dhaif sekali. Karena dhaifnya Umar bin Abdillah
bin Abi Khas’am ini lah, hadits tentang sholat awwabin dengan model seperti ini
tidak bisa diamalkan.

 Karena dhaifnya Umar bin Abdillah bin Abi Khas’am ini lah, hadits tentang sholat awwabin dengan model seperti ini tidak bisa diamalkan.

Sholat Awwabin yang Benar

Apabila hadits di atas itu dhaif, berarti sholat
awwabin tidak boleh dilakukan ? Jawabnya, boleh. Namun tata cara melakukan
sholat awwabin tidak seperti yang diuraikan di atas. Terdapat sebuah hadits spesifik
menjelaskan sholat awwabin yang benar. Hadits itu diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu sebagai berikut :

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ يَقُولُ :
أَوْصَانِيْ خَلِيْلِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْمِ ثَلَاثَةِ
أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَبِالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَبِصَلَاةِ الضُّحَى
فَإِنَّهَا صَلَاةُ
الْأَوَّابِيْنَ . رَوَاهُ أَحْمَدُ
.

Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu berkata,”Telah berwasiat kepadaku shallallahu alaihi wa
sallam untuk berpuasa tiga hari setiap bulannya, sholat witir sebelum tidur dan
melakukan sholat dhuha karena ia ialah sholat awwabin (orang yang suka
bertaubat).” HR. Ahmad

Setelah meneliti derajat hadits ini, Syekh Syuaib Al
Arnauth menyimpulkan bahwa derajat hadits ini shahih. Hadits ini berbicara
tentang sholat awwabin yang diwasiatkan oleh Rasul untuk selalu dilakukan.
Berbeda dengan sholat awwabin pada sub bab pertama di atas, sholat awwabin pada
hadits ini ialah sholat dhuha. Sholat dhuha di hadits ini pun tidak berbeda
dengan sholat dhuha yang biasa dilakukan oleh setiap muslim.

Hadits ini berbicara tentang sholat awwabin yang diwasiatkan oleh Rasul untuk selalu dilakukan. Berbeda dengan sholat awwabin pada sub bab pertama di atas, sholat awwabin pada hadits ini ialah sholat dhuha. 

Dari segi waktu, sholat dhuha (sholat awwabin) itu
boleh dilakukan sejak matahari terbit sempurna hingga kurang lebih lima belas menit
sebelum adzan dhuhur. Namun, waktu yang paling baik untuk melakukan sholat
dhuha ialah ketika ‘anak unta mulai kepanasan’ – begitu bahasa dalam hadits
– atau sekitar pukul delapan sampai sepuluh pagi WIB. Sebagaimana hadits
berikut.

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ
تَرْمَضُ الْفِصَالُ

“Sholat
awwabin (sholat dhuha) ialah ketika anak unta mulai kepanasan.”

Dari segi rakaat, jumlah minimal melakukan sholat
dhuha (sholat awwabin) ialah dua rakaat, yang paling baik ialah empat rakaat
dan jumlah rakaat paling banyak ialah dua belas rakaat (Ad Durrul Mukhtar,
2/23). Namun, madzhab Malikiyyah memiliki pendapat yang berbeda mengenai jumlah
maksimal sholat dhuha. Menurut mereka, rakaat maksimal sholat dhuha ialah
delapan rakaat. Hal itu karena ketika sholat dhuha, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam tidak pernah lebih dari delapan rakaat.  Adapun hadits yang mengatakan bahwa sholat
dhuha boleh sampai 12 rakaat itu dhaif (Mawahibul Jalil, 2/372).

Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, sholat
awwabin ialah sholat dhuha, bukan sholat sunnah setelah maghrib. Sehingga bagi
yang ingin melaksanakan sholat dhuha, hendaknya mengistiqomahkan diri untuk
melakukan sholat dhuha, boleh dengan dua rakaat, empat rakaat atau lebih,
sebagaimana uraian yang telah disampaikan di atas. []

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *