Menu Tutup

Rela Jadi Budak Allah?

                        Bilal Fahrur Rozie, Lc.
      Sebuah pertanyaan menggelitik sejak satu pekan yang lalu tentang ‘Mengapa sih kita Rela disebut dengan Budak Allah?’ Apakah itu sebuah penghinaan harkat manusia, atau bahkan sebuah kemuliaan yang disandang manusia? 
      Apabila kita cermati, semua manusia itu adalah budak dengan kadarnya masing-masing. Seseorang yang sangat mengagungkan uang, ia sebenarnya sedang menjadi Budak untuk uang. Ia rela melakukan apapun demi uang. Berbohong, menyogok, atau bahkan  melakukan suatu kejahatan pun akan ia lakukan demi uang. Begitu juga seseorang yang terlalu mengagungkan kedudukan. Ia akan melakukan apapun  meskipun ia tahu bahwa apa yang ia lakukan itu tidak sah. Ia menjadi budak ‘kedudukan’ yang kadang tidak sedikit pula menjerumuskan ke jurang kehinaan. 
      Bahkan orang yang mengaku bebas tidak tunduk kepada siapapun, dan tidak berhasrat kepada apapun sebenarnya ialah orang yang diperbudak dengan kepongahan dan kesombongan dirinya sendiri. Seolah-olah ia merasa bahwa dirinya adalah segalanya. Ia merasa mampu melakukan segalanya tanpa butuh bantuan. Ia merasa bahwa dirinya bebas. Ternyata kebebasan itulah yang menyandera dan menjadikan dirinya budak kebebasan. 
         
      Lantas kalau kita pikir lebih jauh lagi, menjadi budak uang, kedudukan atau bahkan budak hawa nafsu dan kebebasan adalah bentuk penghinaan kepada derajat manusia. Bagaimana tidak, derajat manusia dengan uang, kedudukan, hawa nafsu dan kebebasan itu adalah sama. Yaitu, sama-sama seorang maujud yang ada karena diciptakan oleh-Nya. Semuanya adalah makhluk yang ada karena diadakan oleh-Nya. Dalam arti lain, tidak ada manusia yang benar-benar 100% lolos dari perbuatan. Ia adalah budak dengan kadarnya masing-masing. 
      Kalau kita menyadari itu, maukah kita hanya menjadi budak makhluk lain yang sederajat dengan kita? Tentu jawaban orang yang berakal ialah ‘tidak’. Oleh karena itu, supaya kita terbebas dari perbudakan sesama makhluk, hendaknya kita mau dan rela untuk menjadi budak Sang Khaliq. Kalau istilah bahasa Arabnya adalah ‘Abdullah’. Toh sama-sama menjadi budak, menjadi budak sang Khaliq itu lebih mulia daripada hanya menjadi budak makhluk lain. Menjadi budak Sang Khaliq merupakan sebuah pengakuan luhur atas fitrah manusia untuk mengagungkan suatu hal yang perlu diagungkan. Kalau kita menyadari hal itu, masihkah kita malu untuk menyandang predikat ‘Hamba atau Budak Allah’? []

========================================
Follow akun Pojok Nabawi 
Instagram : https://www.instagram.com/pojoknabawi/
Telegram  : https://t.me/pojoknabawi

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *