Puasa, salah satu ibadah penting dalam Islam. Selain ada yang wajib, ternyata ada juga puasa makruh dan haram. Apa saja puasa makruh dan haram itu ?
Puasa Makruh
Ada satu puasa yang hukumnya makruh untuk dilakukan. Puasa itu berada di tanggal terakhir dari bulan Sya’ban atau satu hari menjelang bulan Ramadhan. Para ulama biasa menyebut hari ini dengan puasa yaum asy syakk (puasa di hari yang ragu-ragu). Sebab mengapa puasa ini hukumnya makruh ialah karena ada orang yang sengaja melakukan puasa di hari itu untuk jaga-jaga supaya tidak terlewat bulan Ramadhan. Ini bahkan dilarang oleh Rasul. Namun, apabila seseorang sudah terbiasa melakukan puasa senin kamis atau puasa sunnah yang lain dan hari itu bertepatan dengan hari terakhir dari bulan Sya’ban, tidak mengapa ia tetap melakukan puasa seperti biasa. Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَقَدَّمُوْا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلْ كَانَ يَصُوْمُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata,”Rasulullah SAW bersabda,”Jangan kalian dahului Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari kecuali (bagi) seseorang yang terbiasa melakukan puasa maka boleh untuk melakukan puasa padanya.” Muttafaqun alaih
Puasa Haram
Selain puasa sunnah dan makruh, ternyata ada juga puasa haram yang tidak boleh dilakukan oleh setiap muslim. Puasa haram itu ada dua, yaitu :
1. Puasa di Hari Ied
Puasa di dua hari Ied, baik Iedul Fithri maupun Iedul Adha itu hukumnya haram. Orang yang melakukan puasa di dua hari itu wajib untuk membatalkan puasanya. Apabila tidak mau, maka puasanya itu dianggap maksiat yang ada konsekwensi dosanya. Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ: يَوْمِ الْفِطْرِ، وَيَوْمِ النَّحْرِ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Said Al Khudriy ra. “bahwasanya Rasulullah SAW melarang untuk melakukan puasa di dua hari, hari Idul Fithri dan hari sembelihan (Idul Adha).” HR. Muslim
Puasa di sini berlaku umum, baik puasa sunnah, wajib maupun puasa nadzar. Bahkan Al Qaffal mengatakan,’Karena tidak boleh melakukan puasa di hari-hari itu maka disunnahkan untuk melakukan hal-hal yang menunjukkan tidak puasa. Seperti makan-makan, dll.’ Oleh karena itulah, Rasulullah menegaskan bahwa idul fithri dan idul adha itu ialah hari makan dan minum.
2. Hari Tasyrik
Yang disebut dengan hari tasyrik ialah tiga hari setelah hari Idul Adha. Tanggalnya ialah 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Di hari-hari itu, seorang muslim juga dilarang untuk melaksanakan puasa. Mengapa demikian ? Salah satu alasannya ialah karena hari-hari itu masih berada di suasana lebaran Idul Adha. Lebaran Idul Adha ialah waktu untuk makan dan minum, bukan waktu untuk melaksanakan puasa. Dalam hal ini, Ibnu Umar ra. berkata :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ قَالَ: لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ أَنْ يَصُمْنَ، إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ . رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata,”Tidak diperbolehkan di hari-hari tasyrik untuk berpuasa, kecuali bagi orang-orang yang tidak bisa menyembelih al hadyu.” HR. Al Bukhari
Suka menulis, membaca dan belajar. Alumni Islamic University of Madinah dan kini sedang melanjutkan study di fakultas Studi Islam UMJ.