Menu Tutup

Pengaruh Arsitektur Islam terhadap Perkembangan Arsitektur Gotik Eropa

Pada tulisan ini, penulis berusaha untuk mengungkap bagaimana peradaban Islam, terkhusus di bidang arsitektur memberikan pengaruh kepada peradaban Eropa terutama di era Gotik. Lengkung-lengkung bangunan di pintu-pintu masjid memberikan inspirasi terhadap lengkung-lengkung yang ada di gereja-gereja Gotik. Ketika meneliti pengaruh arsitektur Islam terhadap arsitektur Gotik di Eropa ini, penulis mengkaji beberapa buku dan jurnal yang berkaitan dengan hal itu. Kesimpulannya ialah arsitektur Gotik Eropa mendapatkan inspirasi yang baik dari arsitektur Islam terutama di era pertengahan. Sehingga arsitektur Gotik itu menjadi salah satu bentuk arsitektur yang indah dan bisa disaksikan hingga saat ini.

Kata kunci : arsitektur, Islam, Gotik, Eropa

Pendahuluan

Umat Islam abad pertengahan mengalami puncak keemasan di berbagai bidang. Mulai dari keilmuwan agama, iptek hingga arsitektur. Salah satu hal yang menarik ialah bagaimana arsitektur Islam menjadi sumber inspirasi dari terbentuknya arsitektur Gotik Eropa. Beberapa ilmuwan Eropa mulai menggali keterkaitan dua hal ini dalam berbagai penelitian mereka. Hasilnya ialah memang antara kedua peradaban itu memiliki keterkaitan yang luar biasa kuatnya. Bentuk yang paling nyata ialah ada di lengkung trifoil yang ada di masjid-masjid negeri Islam dan lengkung trifoil yang ada di gereja-gereja Gotik.

Perkembangan Arsitektur Islam

Diana Darke menjelaskan bahwa awal mula penggunaan lengkung bangunan pada peradaban Islam terdeteksi pada abad ke tujuh masehi di Yerussalem, Palestina. Khalifah Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan yang berkuasa pada saat itu berinisiatif untuk membangun kembali Masjid Al Aqsha dengan bangunan lengkung yang meruncing sebagai kubah dari masjid tersebut. Hal ini sangat kontras dengan apa yang telah ada di Hagia Shopia. Meskipun sama-sama memiliki kubah, namun kubah di Hagia Shopia terkesan lebih bulat daripada yang ada di Yerussalem. [1]

Dome of the Rock with a gold dome

Masjid Al Aqsha yang memiliki kubah lebih runcing dengan ujung menyerupai tombak di atas kubah.

Lengkungan-lengkungan ini kemudian berkembang lebih jauh. Terutama ketika umat Islam mulai menguasai Andalusia pada abad ke 8 Masehi. Masjid Cordoba yang lebih dikenal dengan sebutan The Mezquita juga mengadopsi perkembangan lengkung bangunan ini. Diana Darke menjelaskan bahwa bangunan lengkung yang ada di masjid Cordoba ini usianya lebih tua 100 tahun daripada yang ada di gereja-gereja katedral Gotik. [2]

Lengkungan trefoil yang ada di Masjid Cordoba (Mezquita).

Lengkungan trefoil yang ada di Masjid Cordoba (Mezquita).

Pernyataan Diana Darke ini bisa dikuatkan dengan melihat perkembangan arsitektur yang ada di masjid Nabawi. Masjid Nabawi di zaman Nabi hanya berupa bangunan sederhana dan beratapkan pelepah kurma. Seiring perluasan masjid Nabawi, terutama di sekitar raudhah, makam Nabi Muhammad dan mihrab mengalami perkembangan yang signifikan. Perubahan besar-besaran masjid Nabawi terjadi perubahan di zaman Khalifah Al Walid bin Abdul Malik, putra dari Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan ini ialah Khalifah yang menginstruksikan pembangunan masjid Al Aqsha sebagaimana yang disebutkan oleh Diana Darke di atas. Sang anak, Khalifah Al Walid bin Abdul Malik memerintahkan gubernur Madinah pada saat itu, Umar bin Abdul Aziz untuk membangun dan memperbaiki Masjid Nabawi.

Pada masa Al Walid bin Abdul Malik ini, Masjid Nabawi mengalami beberapa tambahan yang sebelumnya tidak ada. Penambahan itu meliputi pembangunan empat menara di setiap sudut masjid, mihrab memiliki lengkungan, hiasan tembok dalam masjid Nabawi dan kusen-kusen pintu yang terbaru. Perkembangan di bidang arsitektur ini terjadi setelah zaman Abdul Malik bin Marwan yang menginisiasi pembangunan kembali masjid Al Aqsha seperti sekarang ini.

Setelah itu, pengunaan kubah yang berujung runcing dan lengkungan-lengkungan itu mulai umum dipakai di seluruh bangunan penting di daerah kekuasaan Islam.

Perkembangan Arsitektur Eropa

Menurut David Watkin dalam buku beliau ‘a History of Western Architecture’ bahwa dulunya arsitektur Eropa itu terpengaruhi oleh bangunan-bangunan orang Yunani. Bangunan orang Yunani memiliki karakter berbentuk kotak-kotak dengan tiang penyangga besar, tinggi dan sangat banyak. Setelah itu, menurut The Britanica, di zaman kekuasaan Romawi, bangunan itu berubah menjadi model Romanesque. Model Romanesque ini identik dengan bangunan yang menjulang tinggi, megah dan memiliki tembok yang lumayan tebal dengan penahan di setiap sudut temboknya. Selain itu, bangunan ini identik dengan bangunan yang tinggi dan jendela atau pintu yang berbentuk setengah lingkaran (semi circular arch). [3] Salah satu contoh bangunan dengan model Romanesque ialah menara Pisa di Italia.

The Britanica juga menyebutkan, setelah zaman Romawi dengan model Romanesque ini, berkembanglah model bangunan di zaman Renaissance. Setelah itu muncul model Baroque, barulah muncul model Gotik. Bangunan Gotik ini pada awalnya banyak dipakai di bangunan-bangunan keagamaan, seperti di gereja, katedral maupun kapel. Salah satu bangunan paling penting di Paris bergaya Gotik ialah Notre-dame. Selain itu, di Indonesia pun ada gereja ikonik yang menjadi lambang pengaruh arsitektur Gotik di Indoneisa, yaitu gereja katedral di Jakarta.

A large building with a spire with Notre Dame de Paris in the background

Sebagian peneliti menyatakan bahwa arsitektur Gotik ini pada awalnya dibuat oleh orang-orang Goth yang ada di Jerman. Mereka suka menghancurkan gereja-gereja model Romawi dan menggantikannya dengan model bangunan mereka, yaitu Gotik. Apa yang mereka lakukan itu sebagai bentuk perlawanan terhadap gereja Katolik Roma. Namun seiring berjalannya waktu, model Gotik ini bahkan dipakai di gereja-gereja maupun katedral di Eropa.

Pengaruh Arsitektur Islam terhadap Arsitektur Gotik

Diana Darke dalam bukunya menjelaskan bahwa arsitektur Gotik ini adalah bukti adanya pengaruh bangunan-bangunan Islam di Eropa. Awal mula pengaruh ini dipicu dengan banyaknya orang-orang Amalfi di Italia yang berdagang dengan orang-orang Arab di Kairo, Mesir. Mereka terinspirasi dengan bangunan masjid, terutama masjid Ahmad bin Thulun di Kairo. [4] Dari Amalfi ini akhirnya menyebar ke seluruh dataran Eropa. Ada juga teori lain yang mengatakan bahwa pengaruh bangunan Islam terhadap bangunan model Gotik ini dimulai dari Andalusia. [5]

A person standing in a doorway

Description automatically generated

Terdapat beberapa bukti keterkaitan bangunan Gotik dan bangunan Islam ini. Pertama ialah dengan adanya ujung lancip di setiap lengkungan. Baik lengkungan-lengkungan yang ada di bangunan Islam maupun yang ada di bangunan Gotik, seluruhnya ada unsur lancip atasnya.

Kedua ialah dengan banyaknya bentuk lengkungan berdaun tiga (trefoil arch) yang pertama kali muncul di bangunan Dome of Rock di komplek Masjid Al Aqsha. Selanjutnya banyak dipakai di masjid-masjid yang ada di Andalusia (Mezquita). Selanjutnya, trefoil arch ini dikembangkan lebih jauh menjadi lengkungan berdaun lima (cinquefoil arch) dan lengkungan berdaun banyak (multifoil arch). Diana Darke juga berpendapat bahwa trefoil arch selanjutnya berkembang menjadi simbol keyakinan orang-orang Katolik, Tri Tunggal Maha Kudus (holy trinity).

A black and white logo

Description automatically generated

Trifoil arch di bangunan Katedral Simbol Tri Tunggal Maha Kudus

A drawing of a structure

Description automatically generated

Bukti ketiga bahwa arsitektur Gotik terpengaruh dengan arsitektur Islam ialah dengan adanya kubah berusuk (ribbed vault). Menurut Diana Darke, kubah berusuk ini awalnya dibuat oleh para pengrajin batu muslim di daerah Andalusia untuk membuat kubah-kubah masjid di daerah tersebut (mezquita). Seiring berjalannya zaman dan ditaklukkannya Andalusia oleh orang-orang Katolik, masjid-masjid di Andalusia pun dirubah menjadi gereja. Dari sini akhirnya gereja-gereja lain di Eropa mulai mengadopsi model ini dan dikembangkan pada bangunan-bangunan bergaya Gotik.

Bukti keempat ialah banyaknya hiasan kaca patri di gereja-gereja bergaya Gotik. Menurut sejarahnya, kaca patri ini awalnya di produksi di daerah Damaskus, Suriah. Ketika membangun katedral Chartes dan Canterbury, para arsitektur katedral itu memesan langsung kaca patri sebagai hiasan ke Damaskus, Suriah. [6]

Pada hakekatnya, interaksi seperti ini merupakan interaksi yang wajar antar peradaban. Terlebih lagi pada saat itu, dunia Islam sedang mengalami masa keemasannya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimahnya bahwa setiap peradaban yang kalah itu akan mengikuti peradaban yang dilihat maju pada saat itu. Maka sangatlah wajah apabila peradaban Eropa yang pada saat itu sedang mengalami awal-awal kemajuannya, meniru apa yang ada di peradaban Islam sebagai sebuah simbol kemajuan.

  1. Diana Darke, Stealing from The Saracens, hlm. 103.

  2. Diana Darke, Steling from The Saracens, hlm. 162.

  3. https://www.britannica.com/art/Western-architecture/Types-of-public-buildings

  4. Diana Darke, Stealing form The Saracens, hlm. 200.

  5. Diana Darke, Stealing from The Saracens, hlm. 176.

  6. Diana Darke, Stealing from The Saracens, hlm. 272.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *