Nabi Muhammad Hidup Kaya atau Sederhana |
Pertanyaan menggelitik
berikutnya ialah apakah Nabi Muhammad selama hidup beliau, hidup dalam keadaan kaya
atau bahkan sebaliknya, beliau hidup dengan sederhana ?
Nabi Muhammad adalah Uswatun Hasanah
Sebagai seorang Nabi,
tentu Nabi Muhammad memiliki sifat kemanusiaan sebagaimana biasa dan beliau
juga dibekali dengan sifat kenabian. Sifat kemanusiaan beliau disebutkan dalam ayat
ketujuh surat Al Furqan berikut :
ﵟوَقَالُواْ مَالِ
هَٰذَا ٱلرَّسُولِ يَأۡكُلُ ٱلطَّعَامَ وَيَمۡشِي فِي ٱلۡأَسۡوَاقِ لَوۡلَآ
أُنزِلَ إِلَيۡهِ مَلَكٞ فَيَكُونَ مَعَهُۥ نَذِيرًا ٧ ﵞ
“Dan mereka
mengatakan,’Ada apa dengan Rasul ini ? Mengapa dia tetap makan suatu makanan
dan berjalan-jalan di pasar. Kenapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat
yang menemaninya untuk menjadi pemberi peringatan ?’
Ayat ini berbicara tentang
sifat kemanusiaan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Orang-orang kafir
Quraish pada saat itu mengingkari kenabian beliau dengan dasar apa yang disebutkan
dalam ayat ini. Bagaimana mungkin seorang Nabi koq makan bahkan kadang
jual beli di pasar. Bukannya Nabi itu kemana-mana pasti ditemani seorang
malaikat yang nampak sehingga orang-orang pada mau beriman kepadanya ? Demikian,
kira-kira sanggah mereka.
Namun, meskipun demikian, Nabi
tetap memiliki sisi-sisi kenabian. Salah satunya ialah tentang kehidupan ekonomi
beliau. Banyak sekali yang bertanya, apakah beliau hidup dengan sederhana, atau
bahkan beliau memiliki harta yang banyak ?
Baca juga “Kehidupan Dunia dan Akhirat dalam Perspektif Islam“
Nabi Muhammad Hidup Kaya
Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam dalam salah satu episode hidup beliau, pernah menjadi orang
yang kaya. Seperti ketika beliau menjadi suami Khadijah. Sebagai suami seorang saudagar,
tentu beliau harus memanage uang dengan baik. Ada banyak hal yang harus beliau
urusi, mulai dari kulakan barang sampai menggaji karyawan. Hal-hal
seperti ini membutuhkan uang yang tidak sedikit. Selain itu, kekayaan beliau ini
juga bisa dilihat dari bagaimana beliau memberikan mahar kepada istri-istrinya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, Imam Muslim serta
ulama-ulama hadits yang lain disebutkan bahwa mahar Rasululllah itu 400 – 500 dirham.
Sebagaimana yang diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu anha berikut :
وَعَنْ
أَبِي سَلَمَةَ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ: كَمْ كَانَ صَدَاقُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ:
كَانَ صَدَاقُهُ لِأَزْوَاجِهِ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ أُوقِيَّةً وَنَشٌّ، قَالَتْ:
أَتَدْرِي مَا النَّشُّ؟ قُلْتُ: لَا، قَالَتْ: نِصْفُ أُوقِيَّةٍ فَتِلْكَ
خَمْسُمِائَةِ دِرْهَمٍ .
Dari Abi Salamah, dia
bertanya,”Aku bertanya kepada Aisyah ra.,’Berapa mahar Rasulullah
shallalahu alaihi wa sallam?’ Beliau menjawab,’Mahar beliau kepada istri-istri
beliau adalah dua belas uqiyah dan satu nisy.’ Beliau lantas bertanya,’Apakah
kamu tahu apa itu nisy?’ Aku menjawab,’Tidak.’ Beliau menjawab,'(Nisy) itu
setara dengan setengah uqiyah dan total itu semua adalah 500 dirham.”
Di hadits lain, yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dan An Nasa’I, ketika Rasulullah menikahi Ummi Habibah dengan
wakil Raja Najasyi, Ummu Habibah diberi mahar sebesar 400 dirham. Apabila kita
konfersikan, 400 – 500 dirham itu setara dengan 60 – 75 juta rupiah. Tentu ini
suatu nilai yang sangat besar. Untuk memberikan mahar dengan nilai seperti ini,
seseorang harus menjadi orang yang kaya. Begitu halnya Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam.
Nabi Muhammad Hidup Sederhana
Namun di lain sisi, Rasulullah
juga hidup dengan sangat sederhana. Kesederhanaan beliau ini bisa dilihat dari apa yang dialami oleh
istri-istri beliau selama hidup bersama Nabi. Sebagaimana yang diceritakan oleh
Aisyah radhiyallahu anha. Beliau bercerita bahwa keluarga Nabi Muhammad itu
tidak pernah kenyang dengan gandung selama tiga hari berturut-turut semenjak beliau
hijrah ke Madinah.
Selain cerita itu, ada
juga sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang cerita Aisyah
radhiyallahu anha bahwa rumah Nabi Muhammad itu pernah tidak menyalakan tungku
masak sama sekali selama tiga bulan beturut-turun. Urwah yang merupakan keponakan
Aisyah radhiyallahu anha akhirnya menanyakan hal itu kepada bibinya,”Wahai
Bibiku, bagaimana hidup kalian kalau begitu ?” Aisyah menjawab,”Dua
yang hitam (menjadi konsumsi keluarga Rasul) yaitu air dan kurma. Namun, Rasulullah
itu memiliki tetangga dari kalangan Anshar yang memiliki banyak onta. Mereka sering
mengirimkan susu perahan mereka kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam.”
Ketika Rasulullah
meninggal, Aisyah bercerita bahwa beliau tidak meninggalkan apa pun,
sebagaimana yang disampaikan oleh Aisyah dalam hadits berikut :
تُوُفِّيَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا فِي رَفِّي مِنْ شَيْءٍ
يَأْكُلُهُ ذُوْ كَبِدٍ إِلَّا شَطْرٌ مِنْ شَعِيْرٍ فِي شَعِيْرٍ فِي رَفَ لِي
فَأَكَلْتُ مِنْهُ حَتَّى طَالَ عَلَيَّ فَكِلْتُهُ فَفَنِيَ
“Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam meninggal dan tidak ada sesuatu pun dalam rakku
yang bisa dimakan oleh orang yang mempunyai hati kecuali setengah (karung)
gandum. Maka aku memakannya sampai beberapa waktu setelah itu habis.”
Muttafaqun Alaih
Hadits-hadits ini cukup
menggambarkan bagaimana kehidupan Rasul yang sangat sederhana. Sebenarnya,
masih banyak hadits yang membicarakan hal itu, namun kita cukup menulis beberapa hadits itu saja.
Baca juga “Apakah Nabi Muhammad Pernah Menjadi Makmum ?“
Kesimpulan
Nabi Muhammad itu apabila
beliau mau, beliau bisa dan berhak untuk menjadi orang kaya. Sebagaimana yang
sudah diuraikan di atas. Namun, beliau memilih untuk hidup sederhana.
Kesederhanaan beliau ini bukan tanpa sebab. Selain seorang Nabi, beliau juga
seorang pemimpin. Dalam kapasitas ini lah, beliau akan selalu menjadi uswatun
hasanah (role model) bagi pengikut-pengikut beliau. Sebagai uswatun hasanah (role
model), beliau memberikan contoh kehidupan yang baik, yaitu dengan hidup
sederhana. Coba bayangkan, kalau saja beliau hidup dengan bergelimang harta,
maka umatnya yang tidak memiliki harta yang banyak, akan merasa minder dengan
beliau dan sulit untuk mengikuti gaya hidup beliau. Oleh karena itulah, mengapa
Nabi memilih untuk hidup sederhana. Bahkan, beliau pernah berdoa dengan doa
berikut :
اللَّهُمَّ
أَحْيِنِي مِسْكِينًا، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ
الْمَسَاكِينِ
“Ya Allah,
hidupkanlah aku dalam keadaan miskin dan wafatkanlah aku dalam keadaan miskin
serta kumpulkanlah aku di kalangan orang-orang miskin.” HR. Ibnu Majah
Suka menulis, membaca dan belajar. Alumni Islamic University of Madinah dan kini sedang melanjutkan study di fakultas Studi Islam UMJ.