Bilal Fahrur
Rozie
Mahasiswa Islamic University of
Madinah
Beberapa hari
ini, pondok kecil kami di sudut kota Caruban sedikit heboh. Santri dan santriwan
kami harus rela berkeliling kampung untuk sekedar numpang mandi. Pasalnya,
sudah sejak 5 hari ini, sumur di ponpes kami mulai kering dan tidak keluar air,
atau mungkin sebenarnya masih ada sumber air di bawah sana, namun karena mesin
pompa kami yang sudah tua, akhirnya tidak kuat untuk mengangkat air tersebut.
Ah.. tak mengapa nak, itu semua adalah dinamika seorang santri. Kita dulu para
asatidz juga pernah mengalami apa yang kalian alami. Insyaallah nanti akan
indah ketika kalian mengingatnya.
Namun yang
perlu dikoreksi ialah apabila perkara tidak mengalirnya air tersebut dikaitkan
dengan suatu hal ‘tak kasat mata’. Masalahnya, salah seorang tukang yang ada di
pondok kami mengatakan bahwa tidak mengalirnya air tersebut karena ‘gangguan’
makhluk halus.
Saya jadi
ingat sebuah hadits dari Rasulullah SAW. Ketika itu beliau mengoreksi apa yang
dikatakan oleh sebagian shahabat bahwa adanya peristiwa gerhana disebabkan
karena kematian anak beliau, Ibrahim. Beliau menegaskan bahwa matahari dan
bulan itu tidak gerhana karena kematian atau lahirnya seseorang. Semua itu
adalah tanda-tanda kebesaran Allah SWT. [1]
Dari hadits
itu seakan Rasulullah SWT mengingatkan kepada kita bahwa apa yang kita alami
itu tidak ada kaitanya dengan adanya ‘kekuatan dari makhluk gaib’ tersebut.
Bahkan, secara tegas beliau menjelaskan semua apa yang terjadi di dunia itu
atas kehendak Allah. Artinya, mengalirnya air atau tidak, bukan berarti ada
hal-hal lain yang mampu menentukan mengalir atau tidaknya suatu hal. Itu semua
adalah ketetapan dari Allah. Apabila seorang muslim masih saja mempercayai
hal-hal yang seperti itu, harap waspada kalau saja ternyata ada virus takhayul
dan khurafat yang menjangkiti hatinya. Meskipun demikian, tak ada salahnya
apabila kita selalu berjaga-jaga diri dengan selalu doa pagi sore dan meminta
perlindungan kepada Allah dari makhluk-mahkluk yang suka mengganggun tersebut.
Disinilah
pentingnya seorang muslim untuk Kembali melihat hatinya. Apakah virus-virus TBC
(Takhayul, Bid’ah dan Churafat) itu masih mencongkol di hatinya atau tidak.
Kalau ternyata masih, mari segera istighfar, meminta ampun kepada Allah dan
nyatakan bahwa seorang muslim itu non takhayul dan khurafat. Semua harus realistis
sesuatu koridor syariat. Sekian …
Suka menulis, membaca dan belajar. Alumni Islamic University of Madinah dan kini sedang melanjutkan study di fakultas Studi Islam UMJ.