Menu Tutup

Menjadi Baik Sebelum yang Baik

 

Menjadi Baik Sebelum yang Baik

Dalam salah satu episode kehidupan Nabi Muhammad
sebelum beliau diutus menjadi seorang Nabi, terdapat beberapa hikmah yang bisa diambil
dan menjadi embun segar bagi keimanan setiap muslim yang baik. Dalam episode 40
tahun sebelum diutusnya Nabi tersebut, terjadi beberapa keajaiban yang
menunjukan bahwa memang Muhammad kecil ini akan menjadi orang yang sangat
mulia. Salah satu kejadian yang sangat menarik untuk dipelajari dan diambil
hikmahnya ialah ketika beliau berada di pengasuhan ibu susunya, Halimah As
Sa’diyyah.

Ketika Nabi Muhammad berada di pengasuhan Halimah As
Sa’diyyah, Nabi Muhammad kecil didatangi oleh seseorang dan orang itu langsung
membaringkannya di sebuah tempat. Setelah dibaringkan, orang tersebut lantas
membuka dada Muhammad dan mengeluarkan hatinya lantas dicuci dengan air zam-zam
yang suci. Dari hati itu, terdapat sebuah daging hitam yang menjadi tempat setan
untuk mengganggu Nabi Muhammad. Daging hitam itu lantas dibuang oleh orang
tersebut sehingga menjadi bersih. Selesai mencuci, hati itu dikembalikan ke
dada Nabi Muhammad lantas dada itu kembali seperti semula. Kejadian ajaib
sekaligus menegangkan ini disaksikan oleh saudara sepersusuannya secara
langsung, sebagaimana yang diceritakan oleh Anas bin Malik ra. dan diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam kitabnya. Saudara sepersusuan Nabi, ketika melihat hal
itu langsung melaporkannya kepada ibu persusuan mereka. Datanglah sang ibu dan
Nabi Muhammad kecil sudah tersenyum melihat kedatangan mereka.

Dalam hadits itu disebutkan bahwa orang yang
membaringkan Rasul dan membuka dada beliau adalah malaikat Jibril. Di riwayat
lain disebutkan bahwa yang datang kepada Rasul itu berupa dua burung warna
putih dengan bentuk seperti burung Nasar. Apapun itu bentuknya, yang kita
yakini adalah Rasulullah pernah dibuka hatinya untuk dibersihkan dari hal-hal
buruk yang dapat menggangunya. Bahkan, Anas bin Malik kembali bercerita bahwa
ketika mendengarkan Rasul bercerita apa yang beliau alami dulu, ia melihat
bekas luka yang ada di perut beliau. Wallahu A’lam.

Ternyata, kejadian dibelahnya dada Rasulullah ini
tidak hanya terjadi sekali. Syekh Musa bin Rasyid Al Azimiy dalam kitabnya Al
Luklu’ul Maknun menuliskan bahwa setidaknya beliau mengalami kejadian seperti
itu empat kali dalam hidupnya. Pertama, cerita ketika beliau masih dibawah
pengasuhan ibu susunya, Halimah As Sa’diyah seperti yang sudah diceritakan di
atas. Kedua, ketika beliau berumur 20 tahun. Ketiga, ketika awal-awal beliau diutus
menjadi Nabi dan terakhir ialah ketika beliau hendak melaksanakan Isra dan Mi’raj.

 Baca juga,”Sang Pengemis dengan Hasil Fantastis

Hikmah Dibuka Dada Nabi

Apa hikmah dibukanya dada Nabi bahkan hingga empat
kali selama hidup beliau ? Salah satu hikmah yang bisa diambil ialah, untuk
menjadi orang yang baik harus bersiap menjadi baik. Nabi Muhammad sebelum diutus
menjadi Nabi terbaik yang pernah ada, beliau benar-benar disiapkan oleh Allah,
secara dhahir dan batin untuk bersiap mengemban amanah yang sangat besar itu.

Persiapan dhahir Nabi ialah dengan beliau ditalih
menjadi penggembala kambing sejak kecil dan persiapan batin beliau salah
satunya ialah dengan dibukanya dada ini supaya tidak bisa diganggu oleh setan.

Begitulah contoh yang Allah ajarkan melalui Nabinya.
Jika ingin melakukan suatu hal yang baik, maka berusahalah untuk menjadi baik
terlebih dahulu. Dalam hal ini, Allah SWT sudah memberikan isyarat dalam
kalam-Nya :

ﵟيَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ‌لِمَ ‌تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٢ كَبُرَ مَقۡتًا
عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٣ﵞ
 

“Wahai
orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan sesuatu hal yang tidak
kalian kerjakan ?! Sangat besar kemurkaan di sisi Allah ketika kalian mengatakan
apa yang tidak kalian kerjakan.”
(Ash Shaff : 2-3)

Melalui ayat ini, Allah menegur dengan keras
orang-orang yang mengatakan, mengingatkan, menasehati dan mengajarkan sesuatu,
namun dirinya sendiri tidak melakukan apa yang ia sampaikan. Ketika pemahaman
ayat ini dibalik, ketika anda ingin menasehati, mengingatkan dan mengajarkan
sesuatu, mari dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Di ayat yang lain,
Allah memberikan contoh tersirat dari apa yang dilakukan oleh Nabi Syuaib. Beliau
menyampaikan kepada kaumnya :

ﵟ‌وَمَآ ‌أُرِيدُ
أَنۡ أُخَالِفَكُمۡ إِلَىٰ مَآ أَنۡهَىٰكُمۡ عَنۡهُۚ إِنۡ أُرِيدُ إِلَّا
ٱلۡإِصۡلَٰحَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُۚ وَمَا تَوۡفِيقِيٓ إِلَّا بِٱللَّهِۚ عَلَيۡهِ
تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡهِ أُنِيبُ ٨٨ ﵞ
 

“Dan aku tidak
ingin untuk menyelisi dari apa yang aku larang kepada kalian. Tidaklah yang aku
ingin kecuali suatu hal yang baik. Tidaklah hidayah taufiq itu kecuali dari
Allah. Aku bertawakal kepadanya dan kepadanya pula aku bertaubat.”
(Hud
: 88)

Baca juga,”Bertemu Para Nabi, Hikmah Dibalik Isra Miraj

Dalam sebuah hadits, Rasulullah menggambarkan
bagaimana dahsyat siksaan orang-orang yang mengajarkan atau menasehati sesuatu
namun tidak dilakukannya. Beliau menggambarkan, di hari kiamat kelak, Allah SWT
akan memanggil seseorang dan orang tersebut dilemparkan dalam api neraka.
Ketika ia terpanggang, maka keluarlah seluruh ususnya dan ia akan diputar-putat
dalam api yang panas. Melihat hal itu, penduduk neraka bertanya-tanya
kepadanya,”Wahai Fulan, apa yang telah kamu lakukan ? Bukankah kamu dulu
sering memerintah yang baik dan melarang yang buruk ?” Orang itu
menjawab,”Ya, saya dulu sering menghasung dan memerintahkan suatu hal yang
baik namun saya tidak lakukan. Saya dulu juga sering melarang suatu hal yang
buruk namun aku lakukan, ini akibat yang aku terima.” Hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam kedua kitab mereka.

Kengerian hadits ini dan ancaman yang Allah sebutkan
dalam ayatnya memberikan suatu pelajaran yang sangat berharga kepada kita bahwa
sebagai orang yang selalu menginginkan kebaikan dan ingin selalu berbuat baik,
maka kebaikan itu harus dimulai dari diri sendiri. Diri yang baik itu dimulai
dari hati yang bersih. Ketika kebaikan ini bersumber dari hati yang bersih dan
diterima oleh hati yang bersih pula, maka akan menghasilkans suatu kebaikan
yang luar biasa. Oleh karena itu, sebelum memerintah suatu hal, jadilah awal
orang yang memulai. Dan sebelum melarang sesuatu, jadilah awal orang yang
melarang. Wallahu a’lam.  

Related Posts

1 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *