Menu Tutup

Makmum Sholat Maghrib. Imam Sholat Isya. Bolehkah ?

 

 

Ketika kami sedang
melaksanakan Jamak Mathar – jamak sholat yang dilakukan karena
hujan – datang beberapa orang yang hendak mengikuti jamaah yang sedang kami
laksanakan. Melihat imam bertakbir, salah satu dari mereka bertanya,”Ini
sholat maghrib atau isya ?” Salah satu dari kami menjawab,”Sholat
Isya pak. Barusan kita selesai sholat maghrib karena jamak hujan.”
Seketika itu, mereka terlihat bingung dan bertanya-tanya, lantas kita bagaimana
? Melaksanakan jamaah maghrib sendiri atau ikut mereka yang melaksanakan sholat
isya ? Apabila mengikuti sholat isya, bagaimana dengan rakaat yang kita
laksanakan sekarang ? Ikut empat rakaat atau tiga rakaat ? Dalam hal ini,
setidaknya ada dua pembahasan yang akan kita bahas, perbedaan niat dalam sholat
dan perbedaan rakaat antara imam dan makmum.

Perbedaan Niat dalam Sholat

Ketika melaksanakan
sholat, tidak sedikit kejadian yang memaksa adanya perbedaan niat antara imam
dan makmum. Dari sini lah muncul sebuah permasalahan,’Apakah makmum dan imam
boleh memiliki niat yang berbeda ?’

Dalam hal ini, Madzhab
Syafiiyyah mengatakan bahwa perbedaan niat antara Imam dan Makmum itu
diperbolehkan dan sah. Baik makmumnya berniat sholat sunnah sedangkan imamnya
sholat wajib. Makmumnya sholat wajib sedangkan imamnya sholat sunnah, atau
sama-sama sholat wajib namun berbeda bentuk sholatnya (Al Bayan fie
Madzhabil Imamisy Syafi’iy
). Dalilnya apa ? Dalilnya ialah sebuah hadits
yang sangat terkenal dan diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim
– innamal a’malu bin niyyati – sesungguhnya amalan itu
tergantung niatnya. Niat seseorang itu boleh berbeda-beda, termasuk antara imam
dan makmum. Hal itu karena, niat lah yang menjadi penentu amalan mana yang
diterima dan amalan mana yang tertolak. Amalan mana yang masuk sholat maghrib
dan amalan mana yang masuk sholat isya. Semuanya kembali kepada niat
masing-masing. 

Selain itu, terdapat
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Abu Dawud tentang
shahabat Muadz bin Jabal yang sudah melaksanakan sholat isya bersama Nabi di
Masjid Nabawi, kemudian ia pulang dan mendapati orang-orang yang ada di kampungnya
menunggunya untuk sudi mengimami mereka melaksanakan sholat Isya. Mendapati hal
itu, shahabat tersebut kemudian mengimami mereka sholat isya namun dengan niat
sholat sunnah. Di sini, niat imam dan makmum sudah beda. Imam berniat sholat
sunnah dan makmum berniat sholat isya dan itu sah. 

Imam Sholat Isya dan Makmum Sholat Maghrib

Sebagaimana penjelasan
di atas, perbedaan niat antara imam dan makmum itu tidak membuat suatu jamaah
sholat batal. Lantas, apa yang harus dilakukan oleh seorang makmum apabila ia
hendak melaksanakan sholat maghrib, padahal imamnya sedang melaksanakan sholat
isya ? 

Dalam kasus ini, ada
dua keadaan yang akan dialami oleh makmum. Pertama, makmum
masuk ke jamaah sholat Isya ketika imam sudah masuk rakaat kedua atau lebih.
Dalam hal ini, ia hanya perlu sholat tiga rakaat. Apabila kurang, maka ia hanya
perlu menambahkan rakaat yang kurang saja. Kedua, makmum
masuk ke jamaah sholat Isya sejak di rakaat pertama. Ini yang kadang menjadi
suatu masalah. Dalam keadaan seperti ini, menurut madzhab Syafi’iyyah ia boleh
memilih salah satu dari dua hal. Pertama, ia boleh menunggu imam di rakaat
ketiga dengan tetap melakukan duduk tasyahhud dan melakukan salam bersama
dengan imam. Kedua, ketika sampai rakaat ketiga, makmum melakukan salam sendiri
dan berpisah dengan imam. Dari kedua pilihan itu, yang paling utama ialah
memilih sikap yang pertama, yaitu tetap duduk di rakaat ketiga hingga imam
selesai melakukan sholat Isya dan melakukan salam bersama. 

Hal ini pula yang
berlaku apabila makmumnya hendak melaksanakan sholat subuh karena lupa padahal
imamnya sedang melaksanakan sholat dhuhur atau ashar. []

 

Related Posts

1 Comments

  1. Pingback:Hukum Menjamak Shalat karena Hajatan -

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *