Pertanyaan itu yang sejak diumumkannya kelulusan kami 2 hari yang lalu menjadi sebuah pemikiran dan perenungan. Ternyata secara dhahir, tidak ada perbedaan antara orang yang sudah resmi bertitel Lc. dan yang bukan. Orang yang bertitel lc. tidak langsung seketika itu juga berubah menjadi orang sakti seperti Power Rangers. Bukan pula seperti Puntadewa (Yudhistira) sang pemimpin Pandawa yang dengan senjata kalimosodo nya bisa sakti mandraguna.
Ternyata, keilmuan itu tidak akan nampak di lahir seseorang. Ilmu itu berada dalam hati dan Ilmu baru nampak apabila diamalkan. Orang yang sudah berilmu namun tak diamalkan, sama saja ia seperti tanah tadah hujan yang tidak bisa dimanfaatkan. Maka tak heran, ketika selesai wisuda dan saya memberitahu Kiai saya bahwa saya sudah lulus, pesan beliau hanya singkat “Sekarang tugasmu mengamalkan dan mengajarkan.” Pesan singkat yang sangat mengena.
Kalau kita renungkan kalam Allah Ta’ala ‘Sesungguhnya tiada lain orang yang takut kepada adalah para alim (berilmu dan berpengetahuan)’ (Fathir : 28) dan kemudian pemahaman ayat itu kita balik (mafhum mukhalafah) maka kira-kira makna ayat tersebut akan berbunyi seperti ini ‘Yang dinamakan orang alim, berilmu dan berpendidikan itu ialah orang yang takut kepada Allah’. Mengapa koq orang yang disebut orang berilmu dan berpendidikan hanya mereka yang takut kepada Allah? Jawabannya ialah karena mereka mengaplikasikan keilmuan mereka pada keseharian mereka. Aplikasi keilmuan itulah yang dilihat oleh Allah dan kemudian manfaatnya dirasakan oleh banyak orang. Mereka lah yang berhak mendapatkan predikat orang yang takut kepada Allah (Al khasi’in).
Kembali ke pertanyaan di atas, kalau sudah Lc. terus Ngapain? Jawabannya sekarang hanya satu yaitu mengamalkan dan mengajarkan sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Yang sedang merindukan Madinah
Bilal Fahrur Rozie
Suka menulis, membaca dan belajar. Alumni Islamic University of Madinah dan kini sedang melanjutkan study di fakultas Studi Islam UMJ.