Menu Tutup

Hikmah Perang Badar di Bulan Ramadhan

 

Hikmah Perang Badar di Bulan Ramadhan

Di waktu MI atau
TPA dulu, ketika ditanya ‘perang apakah yang paling terkenal di zaman
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?’ Maka kebanyakan kita akan menjawab
‘perang Badar’. Memang perang itu adalah peperangan yang paling terkenal. Ia
adalah perang pertama, sekaligus sebagai pembukti bahwa kebenaran yang datang
dari Allah ini benar-benar ditolong oleh Allah untuk bisa menyebar hingga ke
punjuru bumi. Bagaimana tidak, jumlah muslimin pada saat itu hanyalah 313
pasukan. Sedangkan orang kafir Quraisy berjumlah 1000 an pasukan. Apabila tidak
karena pertolongan dari Allah, maka mustahil pasukan muslimin berhasil
mengalahkan pasukan Quraisy di Badar.

 

Waktu Perang
Badar

Selain dari segi
jumlah, yang menarik dari perang Badar ialah waktu pelaksanaan perang tersebut.
Para ahli Tarikh menjelaskan bahwa perang Badar ini terjadi di hari Jum’at,
tanggal 17 Ramadhan 2 H. Tahun itu memang menjadi tahun yang sibuk bagi
muslimin di Madinah. Selain karena mereka masih menata sistem kota Madinah yang
baru lahir, musuh-musuh Islam pada saat itu berusaha dengan sekuat tenaga
melemahkan atau bahkan menghancurkan kekuatan baru ini. Mulai dari dalam kota
Madinah yang diwakili oleh Abdullah bin Ubay bin Salul dan tiga suku Yahudi
(Quraidhah, Qoinuqa dan Nadhir) serta dari luar Madinah, dari kalangan orang
Quraisy dan suku-suku Arab sekitar Madinah.

Usaha Rasulullah
untuk memperkuat posisi muslimin Madinah terus berlanjut. Mulai dari mengirim
pasukan-pasukan kecil (sariyah) ke sekitar kota Madinah dan puncaknya
ialah mencegat kafilah dagang orang-orang Quraisy yang sedang menuju Syam dan
dikepalai oleh Abu Sufyan. Ketika Rasulullah mendengar kabar itu, segera saja
Rasulullah mengirimkan shahabat berjumlah 313 orang untuk bergegas menuju
Badar.

Mengapa Rasulullah
melakukan itu ? Bukankah mencegat barang dagang itu tidak boleh ? Jawabnya
ialah iya memang tidak boleh. Namun, sebagian barang dagang yang dibawa oleh
Abu Sufyan itu adalah barang-barang muslimin yang ditinggal di Mekah ketika
mereka hijrah ke Madinah. Karena sebagian adalah barang-barang muslimin, mereka
berhak untuk mengambil barang kembali mereka dari Abu Sufyan yang notabene ia
adalah salah satu pembesar orang Quraisy.

Baca juga,”Hukum Shalat Dua Rakaat sebelum Tarawih

Awal Perang

Sebagaimana yang
anda ketahui, bahwa tujuan awal shahabat menuju ke Badar adalah untuk mencegat
rombongan dagang Abu Sufyan. Namun Allah menakdirkan hal lain. Rombongan Abu
Sufyan berhasil lolos dari cegatan para shahabat. Para shahabat akhirnya harus
berhadapan dengan pasukan Quraisy pimpinan Abu Jahal yang dikirim dari Mekah
untuk melindungi kafilah dagang tersebut. Dalam hal ini, Allah sudah merekam
kejadian ini dalam kalam-Nya :

وَإِذۡ
يَعِدُكُمُ ٱللَّهُ ‌إِحۡدَى ‌ٱلطَّآئِفَتَيۡنِ أَنَّهَا لَكُمۡ وَتَوَدُّونَ أَنَّ
غَيۡرَ ذَاتِ ٱلشَّوۡكَةِ تَكُونُ لَكُمۡ وَيُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُحِقَّ ٱلۡحَقَّ
بِكَلِمَٰتِهِۦ وَيَقۡطَعَ دَابِرَ ٱلۡكَٰفِرِينَ

“Dan ingatkan ketika Allah menjanjikan
kepada kalian salah satu dari dua kelompok (rombongan dagang Abu Sufyan atau
pasukan perang Quraisy) bahwasanya ia untuk kalian. Dan kalian menginginkan
yang tidak ada bahayanya (rombongan dagang) untuk kalian. Namun Allah ingin
menerangkan yang benar dengan kalam-kalamnya dan memutus usaha orang-orang
kafir.”

QS. Al Anfal : 7

Dalam peperangan
ini, meskipun secara jumlah, pasukan muslimin itu kalah, namun Allah SWT
mengirimkan 1000 malaikat yang mensuport pasukan muslimin. Karena doa Nabi
Muhammad, ketabahan orang-orang beriman serta bantuan yang turun dari Allah,
pasukan Islam berhasil memenangkan peperangan hari itu.

 Baca juga,”Shalat Tarawih itu Dua-Dua atau Empat-Empat?

Perang Badar dan
Ramadhan

Ternyata, ada
hikmah tersendiri mengapa Allah menakdirkan perang Badar itu terlaksana di
bulan Ramadhan. Salah satu hikmah yang bisa kita petik ialah bulan Ramadhan itu
adalah bulan semangat untuk beribadah. Ia bukan bulan untuk bermalas-malasan
apalagi bulan untuk banyak tidur. Rasulullah saja di bulan itu berperang, lha
masak kita malah hanya tiduran ?

Selain melalui
perang, Rasulullah juga mencontohkan semangat beliau di bulan Ramadhan dalam bentuk
yang lain. Beliau di bulan Ramadhan lebih dermawan dalam melakukan suatu
kebaikan daripada sebuah angin yang tertiup, sebagaimana yang diceritakan oleh
Ibnu Abbas di sebuah hadits riwayat Imam Al Bukhari. Selain itu, beliau juga
tadarus bersama malaikat Jibril di bulan Ramadhan lebih banyak daripada
bulan-bulan yang lain. Bahkan di akhir Ramadhan, beliau mengencangkan ikat pinggang
untuk semangat beribadah dan mengajak keluarganya untuk bersama-sama melakukan
kebaikan itu. Itu semua sebagai bukti bahwa Ramadhan adalah bulan perjuangan,
bukan bulan malas-malasan.

Oleh karenanya,
sebagai umat Nabi Muhammad yang baik, mari banyak-banyak melakukan kebaikan.
Bulan Ramadhan itu datangnya satu tahun sekali. Apabila tidak dimanfaatkan
dengan baik, apakah dijamin kita akan bisa menemuinya kembali ? []

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *