Menu Tutup

Hey Kadal Gurun, Pergi Kamu dari Indonesia !

Hey Kadal Gurun, Pergi Kamu dari
Indonesia !!

Kita sebagai orang Islam, tidak perlu menjadi orang Arab. Apabila
Islam cukup dengan Islam, jangan bawa-bawa adat Arab. Apalagi sampai
memamerkannya di depan orang banyak, bahwa seakan Islam Arab adalah Islam yang
paling sempurna. Celana cingkrang, janggut berjenggot lebat, pakai jilbab
besar, bercadar, atau apalah itu… tidak cocok dibawa ke Indonesia. Indonesia
itu yaa Indonesia, jangan sampai dicampuri dengan Arab. Pergi sono ke Arab, hey
kadal gurun!!
Gatel tangan saya ketika mendengar pernyataan seperti itu. Memang sekarang
itu zamannya bukan hanya Islamofobia saja, namun lebih ke Arabofobia. Yaa
sejenis penyakit anti Arab lah.. atau lebih simpel dibilang anti Islam.
J
Coba dech yha.. mungkin beberapa paragraf ke depan bisa kita
jadikan bahan diskusi dengan otak dingin dan tangan adem.
Pertama
Jadi gini yha.. saya itu jadi berpikir, apabila saat sekarang ini,
Hadratusy Syaikh Hasyim Asyari yang asli Jombang, atau Kiai Haji Ahmad Dahlan
yang asli Yogyakarta (eh btw, Jombang dan Yogyakarta itu ada di Jawa lhoo) itu
hidup di saat ini. Hidup di tengah kita dengan penampilannya seperti biasa,
berjenggot, memakai surban, memakai jubbah panjang, kemana-mana bawa tasbih,
mungkin pada saat itu juga, orang-orang itu langsung bilang,”Hey, kadal Arab,
pergi sono ke gurun!” . Kasihan bener mereka itu sebenarnya. Orang-orang yang
mereka anggap sebagai kearab-araban itu ternyata adalah seorang NKRI sejati
yang rela mati berjuang untuk mempertahankan negeri ini dari penjajahan Katolik
Belanda. Bahkan, setelah meninggal pun, nama mereka telah menjadi harum
semerbak hasil perjuangan yang mereka jalankan. Tentu barangkali pada saat
mereka hidup juga ada orang yang mengolok-olok mereka dengan ‘kearab-araban lah’
, ‘sok suci lah’ dll, namun orang yang mengolok-olok itu ternyata jasanya tidak
lebih dikenang dari pada jasa mereka berdua.
Artinya, hati-hati ajha lho yha… barangkali hukum alam berjalan
lagi, orang-orang yang kalian anggap kearab-araban itu suatu saat bisa lebih
memberikan manfaat daripada kalian yang hanya bisa diam mengolok-olok.
Kedua
Saya ingin Tanya sich, budaya Arab mana yang sebenarnya kalian
permasalahkan itu. Apakah jenggot kah? Apakah jilbab kah? Atau kah yang lain?
Okey dech, barangkali jilbab yha.. Nah, kalian harus tahu bahwa jilbab itu
bukan budaya Arab. Jilbab itu budaya Islam. Lah koq bisa? Iyha… sebelum Islam
datang, tidak ada yang namanya jilbab, artinya orang Arab asli itu tidak
mengenal jilbab. Baru ketika turun ayat yang memerintahkan untuk berjilbab,
para istri Nabi dan shahabiyat pun mengenakannya. Artinya, jilbab ini bukan
adat Arab, Islam lah yang pertama kali mengenalkannya. So, ati-ati dech, kalau
benci jilbab, nanti bisa-bisa masuk ke benci syariat lhooo.. atau .. memang itu
tujuan kalian… ah… gak tau dech..
Atau kita ganti cadar? Cadar itu sebelum Islam datang, tidak
dikenal di kalangan orang Arab. Cadar atau hijab itu pertama kali dikenakan
oleh para istri Nabi Muhammad. Artinya, sebelum itu gak ada yang namanya cadar.
Nah lhoo.. ati-ati lho kalau benci cadar nanti benci kepada istri Nabi lho..
kalau benci ke istri Nabi itu ntar Nabi marah bagaimana.. bisa celaka kalian..
Okey dech kalau kalian gak setuju dengan apa yang saya ucapkan di
atas. Boleh boleh saja.. cuman saya usul ajha, kalau mau jadi Indonesia
sejati
itu yhaa jadi Indonesia sejati. Jangan sampai bawa-bawa Arab SAMA
SEKALI
dalam kehidupan kalian. Artinya, kalau sholat yhaa jangan pakai
bahasa Arab lah, khan itu ada bau-bau Arabnya. Atau ketika kalian takbiran
sholat Ied jangan pakai takbir yang itu lah… buat ajha sekalian takbir baru
yang tidak bernuansa Arab. Atau, ketika kalian menyebut ‘KURSI’ jangan dengan ‘KURSI’
karena kata ‘KURSI’ itu aslinya dari bahasa Arab. Atau sekalian yang lebih
ekstrim, jangan umroh atau haji ke Arab lah.. ada nuansa Arab-Arabnya,
mendingan buat ka’bah ajha yang baru. Ribet amat yha… yha iyalah,, kalian
sendiri yang buat ribet, amat ajha gak ribet.
J
Ketiga
Santuy bro..
Islam itu gak anti budaya koq. Silahkan kalian memakai baju dalam budaya
masing-masing. Silahkan kalian berbudaya semau kalian, cuman yhaa semuanya
dibawah syariat. Contoh Islam tidak anti budaya itu bisa dilihat pada ‘Jabat
Tangan’. Jabat tangan itu pada awalnya tidak begitu popular di kalangan bangsa
Arab Makah, hingga tiba datangnya orang-orang Yaman yang memperkenalkan jabat
tangan, sehingga
budaya jabat tangan
itu diakui dalam Islam dan bisa dibudayakan dalam negeri Islam lain. Artinya
kalau budaya itu masih sesuai koridor, Islam masih bisa menerima koq.
Tapi gini
dech, saya itu jadi kawatir, karena terlalu benci dengan sesuatu yang berbau
Arab, kalian jadinya seakan memaki dan menghina Allah yang telah menurunkan
syariat Islam ini di tanah Arab. Lha koq bisa? Iyha lah,,, Allah itu Dzat Yang
Maha Tahu dimana dan kapan saat yang pas supaya syariat ini diturunkan. Sudah
kita tahu bersama kalau Nabi Muhammad itu diutus di Arab, Makah dengan
berbahasa Arab, bahkan kitabnya pun bertuliskan Arab. Kalau kalian sangat benci
Arab, ati-ati lho, jadinya kalian menghina Dzat yang mengutus orang Arab
tersebut untuk jadi Nabi. Kalian juga menghina Dzat yang menurunkan kitab ini
dalam bahasa Arab dan juga kalian menghina Dzat yang memilih tanah Arab ini
sebagai tempat turunnya wahyu. Kalau udah gitu, gak tahu dech,, harus disebut
apa lagi. Pokoknya hati-hati ajha…
Keempat
Janganlah
terlalu benci dengan Arab, siapa tahu
yee kan kalau pas
kepepet gak punya uang gitu pinjemnya ke orang Arab. Atau bahkan pernah kerja
dan makan uangnya orang Arab. Kalau memang bener konsisten, uang yang udah
dimakan dari tanah Arab dan orang Arab itu dikembalikan ajha, baru… itu anti
Arab sejati.
J
Terakhir….
Maap niee
yee,,, aye tulis ini bukan karena mentang-mentang aye kuliah di Arab, Cuma…
kita seharusnya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Memang tidak semua Arab itu
baik, Cuma hati-hati ajha kalau ternyata sifat kita membawa ke hal besar yang
bisa jadi senjata makan tuan untuk diri kita sendiri. Yhaa.. artinya kita
tempatnya semuanya pada porsinya aje.. jangan terlalu benci, jangan terlalu
cinta, karena bisa jadi yang kita benci sekarang akan jadi sesuatu yang kita
cinta suatu saat nanti. Atau, bisa jadi, yang kita cinta sekarang, jadi sesuatu
yang paling kita benci suatu saat nanti. So, enjoy pade yha….
J
Ditulis oleh
Bilal Fahrur Rozie
Di tengah
kampus yang dikelilingi gurun, Madinah Al Munawwarah

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *