Menu Tutup

Corona, Benarkah Adzab ?

 Oleh : Bilal Fahrur Rozie

Dunia saat ini digemparkan dengan adanya virus Corona (Covid-19),
tidak hanya diperbincangan di kalangan elit, bahkan di warung kopi pinggir jalan
pun sekarang ikut meramaikan diskusi tersebut. Data yang diambil dari situs
wordometers.info bahwa yang terjangkit virus ini sampai saat tulisan ini dipublikasikan
ialah 89.252 jiwa. Sedangkan yang meninggal ialah 3.058. Dari semua data yang ada
itu, pemerintah Indonesia sudah mengumumkan adanya dua warganya yang positif
terjangkit virus Corona (Covid-19). [1]
Namun, tak berhenti disitu, banyak kalangan yang mengatakan
bahwa virus ini adalah adzab, di sisi lain ada pula yang mengatakan bahwa ia
hanyalah virus biasa. Sebenarnya, seperti apakah pandangan Islam terkait hal
tersebut?
Dalam memetakan hal ini, apabila dilihat dari kacamata Islam,
orang-orang yang terjangkit virus ini dapat kita kelompokan menjadi dua
golongan, muslim dan non muslim. Insyallah kita akan bahas satu persatu dari dua
golongan tersebut.  
Bagi seorang muslim, apa pun yang menimpa dirinya, baik itu
dari keburukan maupun kejelekan, pasti ujungnya adalah kebaikan. Sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits Syuhaib berikut :
عَنْ صُهَيْبٍ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ،
إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ،
إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ
ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ» رواه مسلم
Dari Syuhaib ra, ia berkata,’Rasulullah
SAW bersabda,”Sangat menakjubkan perkara orang yang beriman itu. Segala
urusannya adalah kebaikan. Hal itu tidak didapat kecuali hanya bagi orang yang
beriman. Apabila ia mendapatkan kebahagiaan kemudian ia bersyukur maka itu
adalah kebaikan baginya. Dan apabila ia mendapatkan keburukan kemudian ia
sabar, maka itu adalah kebaikan baginya.”
HR. Muslim
Melalui hadits di atas, Rasulullah SAW menyatakan bahwa
segala hal yang menimpa seorang muslim, baik itu dari kebaikan maupun
kejelekan, semuanya bermuara kepada kebaikan. Namun, ada syarat yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan kebaikan tersebut. Syaratnya ialah sabar dan syukur.
Apabila ia mendapatkan kebahagiaan kemudian ia bersyukur, maka kebahagiaan itu merupakan
wujud kebaikan yang Allah berikan kepadanya. Sebaliknya, ketika ia mendapatkan
keburukan, semisal dalam kasus kita ini adalah mendapatkan ujian berupa virus
Corona, kemudian ia bersabar, maka sebenarnya hal itu juga merupakan sebuah
kebaikan untuknya.
Bagaimana mungkin sebuah virus yang mematikan ini adalah
sebuah kebaikan bagi seorang muslim? Belumkah anda mendengar cerita seorang WNI
di China yang sekarang tidak bisa pulang ke Indonesia, dalam videonya yang
tersebar di medsos ia menceritakan bahwa sebelum merebaknya virus corona ini,
ia jarang sholat. Namun, ketika ia ternyata tertinggal di China karena dikira
terindikasi virus corona, akhirnya memacu ia untuk bertambah rajin dalam
menunaikan sholat. Di videonya pun ia mengatakan bahwa dengan sholat ini, hati
yang dulunya kosong bisa terisi dengan semangat rohani yang belum ia rasakan
sebelumnya.
Syekh Khudzaifi yang ketika itu menjadi khatib di Masjid
Nabawi Madinah pernah menyatakan bahwa keburukan yang membuat seseorang lebih
dekat kepada Allah itu lebih baik daripada kebaikan yang melalaikan. Bisa jadi,
hal yang tampaknya susah sekarang ini, ternyata berujung manis bagi ia yang
bersabar. Tentu, apabila kita lihat dari sisi ini, datangnya virus ini bukanlah
sebuah adzab, bahkan ia bisa jadi menjadi jalah hidayah bagi sebagian orang.
Lantas bagaimana bagi yang non muslim? Jawabannya ialah sebagaimana
yang diucapkan oleh Nabi Isa yang terekam dalam Surat Al-Maidah ayat 118
berikut :
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ
عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Jikalau Engkau (Ya Allah)
mengadzab mereka, maka mereka adalah hamba-hambaMu. Dan jika Engkau mengampuni
mereka, maka Engkau adalah Dzat yang Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.”
Artinya, adzab atau tidak itu adalah hak prerogatif Allah.
Ketika Dia memang berkehendak untuk mengadzab, itu adalah hak-Nya dan mereka
adalah hamba yang mau tidak mau harus menerima ketetapan-Nya. Namun, sebaliknya
apabila Dia mengampuni mereka dengan jalan memberikan hidayah kepada mereka lewat
virus ini, maka Dia berhak untuk memberikan hidayah kepada orang-orang yang Dia
kehendaki.
Kita sebagai hamba hanyalah dituntut untuk tidak
memancing-mancing kemurkaan Allah. Karena apabila kemurkaan Allah sudah datang,
siapa yang bisa menolaknya?? [bfr]


[1] https://www.worldometers.info/coronavirus/ diakses pada 2 Maret 2020 pukul 13.37 waktu Arab
Saudi.

Related Posts

1 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *