Menu Tutup

Bukti Keautentikan Al Qur’an

Bukti Keautentikan Al Quran

Al Qur’an sebagai wahyu dan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dibekali oleh Allah SWT hal-hal yang dapat membuktikan keautentikan dirinya. Bukti keautentikan ini tidak hanya dari dalam saja, ada faktor-faktor eksternal yang menjadikan Al Qur’an tetap autentik hingga saat ini, bahkan sampai hari kiamat nanti. Oleh karena itu, pada tulisan kali ini , kita akan membahas faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keautentikan Al Qur’an.

Janji Allah untuk Menjaga Al Qur’an

Allah, sebagai Dzat yang menurunkan Al Qur’an ini kepada Nabi Muhammad, sudah berjanji dalam kalamnya untuk selalu menjaga keautentikan Al Qur’an ini. Sebagaimana yang telah Allah sebutkan di surat Al Hijr ayat 9 berikut :

إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ ‌لَحَٰفِظُونَ

“Sesungguhnya Kami yang menurunkan adz dzikr (Al Qur’an) dan Kami pula yang menjaganya.” Q.S Al Hijr : 9

Ayat Allah ini merupakan jaminan dari Allah bahwa wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad ini adalah asli dari Allah.

Sebagaimana ketika anda membeli sebuah jam tangan Rolex yang sangat eksklusif, maka pabrik akan mengeluarkan sertifikat bukti keaslian barang. Begitu halnya ayat ini. Ia seakan menjadi sertifikat keaslian Al Qur’an yang distempel langsung oleh Allah SWT.

Bukti Internal Keautentikan Al Qur’an

Al Qur’an secara mandiri sebenarnya sudah memberikan senjata dan bukti bahwa ia adalah asli turun dari Allah. Beberapa bukti internal keautentikan Al Qur’an ini ialah :

Tantangan Al Qur’an

Bukti yang pertama ialah tantangan Al Qur’an kepada seluruh makhluk, baik manusia maupun jin untuk membuat sesuatu yang sebanding dengan Al Qur’an. Baik dari segi keindahan kalimat, kedalaman makna, balaghah, keajaiban yang ada dalam Al Qur’an, dll. Tantangan ini sudah diikrarkan oleh Al Qur’an sejak 15 abad yang lalu, namun hingga saat ini tidak ada satu ayat pun yang bisa menandingi Al Qur’an. Tantangan Al Qur’an ini pada awalnya berisi sayembara untuk membuat yang semisal Al Qur’an sebanyak 30 juz atau 114 surat (Q.S Al Isra : 88), namun tidak ada satu pun yang bisa. Sayembara pun diturunkan menjadi sepuluh surat (Q.S Hud : 13) dan tidak ada yang mampu juga. Akhirnya, sayembara ini diturunkan kembali, hingga menjadi satu surat saja. Surat terpendek dalam Al Qur’an ialah surat Al Kautsar yang berisi tiga ayat, namun nyatanya hingga kini tak ada yang mampu.

Tapi, ada beberapa Nabi palsu yang mengaku mendapatkan wahyu juga, seperti Musailamah Al Kadzab yang mengaku mendapatkan wahyu surat Al Fiil. Bukankah sayembara itu sudah ditaklukkan oleh Musailamah dan terbukti bisa ? Jawabnya, kalau hanya membuat ayat, maka hal itu sangat mudah. Yang sulit dan tidak akan pernah bisa dilakukan ialah membuat ayat yang sebanding dengan Al Qur’an dari segala seginya. Ayat-ayat palsu buatan Nabi palsu itu pada akhirnya juga akan membuka kedok kepalsuan mereka. Simpelnya saja, usaha-usaha yang dilakukan beberapa Nabi palsu untuk membuat ayat tandingan itu pasti hilang ditelan zaman dan terbukti hingga saat ini tidak ada satu ayat palsu yang bisa dipelajari atau bahkan didengar. Ini adalah sunnatullah (hukum alam) bahwa segala hal yang asli itu pasti akan kekal dan dikenang. Namun, suatu hal yang palsu itu akan hilang ditelan zaman.

Sebagai gambaran, silahkan anda pergi ke pasar barang loak. Barang-barang original dan branded pasti bertebaran di situ. Tidak sedikit pula orang yang mencari barang-barang itu. Namun, barang-barang KW, jangankan diloakkan, kadang orang diberi baju bekas yang KW saja ogah-ogahan. Seperti itulah kiranya gambaran ayat Al Qur’an yang original dengan ayat Al Qur’an yang KW.

Banyaknya Hafidz Al Qur’an

Bukti internal berikutnya ialah banyaknya penghafal (hafidz) Al Qur’an. Allah SWT sudah memberikan janji bahwa Al Qur’an ini akan sangat mudah untuk siapa saja yang ingin menghafalnya. Tidak peduli berapa umurnya, apa jenisnya dan dari suku mana. Selama ia berkeinginan untuk menghafal Al Qur’an, itu semua akan jadi mudah. Bahkan, janji itu diulang oleh Allah sebanyak empat kali. Allah SWT berkalam :

وَلَقَدۡ ‌يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ ١٧

“Dan Kami telah mempermudah Al Qur’an untuk dihafal, maka apakah ada orang yang mau menghafal?” Q.S Al Qamar : 17, 22, 32, 40

Janji Allah itu pasti terbukti. Buktinya, hingga detik ini sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah penghafal Al Qur’an. Mulai dari yang hafal Al Fatihah saja hingga yang hafal secara lengkap. Selain itu, hal ini juga menjadi bukti bahwa para penghafal Al Qur’an itu menjadi penjaga keautentikan Al Qur’an.

Bagaimana bisa para penghafal itu menjadi penjaga keautentikan Al Qur’an ? Al Qur’an itu adalah kitab yang berpatokan kepada hafalan, bukan kepada tulisan. Itulah mengapa Al Qur’an turun kepada Nabi berupa ucapan yang dihafal. Bukan seperti Taurat yang turun kepada Nabi Musa berupa tulisan. Konsekwensinya, ketika ada perbedaan penulisan Al Qur’an, bukan hafalannya yang dibenahi. Tetapi hafalan itulah yang menjadi korektor bagi tulisan Al Qur’an. Itulah mengapa para penghafal menjadi penjaga keautentikan Al Qur’an.

Hafalan ini pun sejak zaman Nabi Muhammad hingga nanti hari kiamat tidak akan pernah sekalipun berubah. Hal itu karena Al Qur’an itu diucapkan oleh seorang guru dan diterima oleh seorang murid dan begitu seterusnya. Maka, sangat sulit untuk mengalami kesalahan dari segi hafalan.

Kemukjizatan Al Qur’an

Untuk membuktikan keautentikannya, Al Qur’an juga dibekali oleh Allah SWT sebuah mukjizat yang membungkam orang-orang yang berusaha melemahkan wahyu Allah ini. Kemukjizatan Al Qur’an ini oleh ulama terbagi dalam beberapa macam. Salah satu bentuk kemukjizatan Al Qur’an ialah kemampuan Al Qur’an untuk menceritakan kejadian masa lalu yang akurat dan kejadian di masa yang akan datang yang pasti terjadi. Contohnya ialah, Allah SWT menyatakan dalam Al Qur’an bahwa janin dalam perut seorang ibu itu ditempatkan di 3 tempat yang gelap. Allah SWT berkalam :

يَخۡلُقُكُمۡ فِي بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ خَلۡقٗا مِّنۢ بَعۡدِ خَلۡقٖ فِي ‌ظُلُمَٰتٖ ‌ثَلَٰثٖۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ لَهُ ٱلۡمُلۡكُۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ فَأَنَّىٰ تُصۡرَفُونَ

“Dia menciptakan kalian di perut ibu-ibu kalian, setahap demi setahap di tiga kegelapan. Itulah Allah, Pemelihara kalian. Hanya miliknya lah kerajaah itu. Tidak ada tuhan selainnya. Bagaimana mereka bisa dipalingkan?” Q.S Az Zumar : 6

Di zaman para shahabat, mungkin belum terbukti secara ilmiyah, apa tiga kegelapan itu. Karena kuatnya iman, mereka mengimani sepenuhnya kalam Allah SWT tersebut. Namun di era modern ini, maksud dari tiga kegelapan itu terbukti. Pertama ialah kegelapan perut. Kedua ialah kegelapan rahim dan yang ketiga ialah selaput yang menutupi anak dalam rahim. Ini hanya satu contoh. Masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukan kemukjizatan Al Qur’an.

Bukti Eksternal Keauntetikan Al Qur’an

Selain bukti-bukti internal, ada juga bukti eksternal yang memperkuat keauntentikan Al Qur’an. Bukti eksternal ini bisa terletak di diri Nabi Muhammad maupun para shahabat.

Nabi dan Para Shahabat Tidak Bisa Baca Tulis

Mayoritas penduduk Arab adalah orang ummi (yang tidak bisa baca dan tulis). Termasuk diri Nabi Muhammad dan mayoritas shahabat. Memang ada segelintir shahabat yang dapat membaca maupun menulis, namun ketika dibandingkan jumlahnya dengan yang tidak bisa membaca, maka hal itu sangatlah sedikit. Dalam hal ini, Allah SWT berkalam :

هُوَ ٱلَّذِي بَعَثَ فِي ‌ٱلۡأُمِّيِّـۧنَ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ

“Dialah Dzat yang mengutus kepada orang-orang ummiy (yang tidak bisa baca tulis) seorang Rasul dari kalangan mereka (ummy). Dia membacakan kepada mereka ayat-ayatnya dan mensucikan mereka serta mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah kepada mereka. Meskipun mereka sebelumnya berada di kesesatan yang nyata.” Q.S Al Jumuah : 6

Sifat keummiyan Nabi dan para shahabat ini bukanlah sebuah hal yang buruk. Hal ini bahkan menunjukkan bahwa ada suatu sistem yang sudah dibuat oleh Allah supaya Al Qur’an tetap autentik.

Dengan Nabi Muhammad dan mayoritas shahabat tidak bisa membaca maupun menulis ini, maka orang lain akan sulit untuk mengatakan bahwa Al Qur’an itu buatan Nabi Muhammad. Bagaimana mungkin orang yang tidak bisa membaca dan menulis untuk merangkai 6236 ayat dengan kedalaman makna, keindahan kata dan berbagai mukjizat yang ada di dalamnya. Tentu ini semua didapatkan dari Dzat yang mewahyukan kepadanya, yaitu Allah SWT.

Bangsa Arab adalah Bangsa Penghafal

Mengapa Allah memilih bangsa Arab sebagai bangsa yang menerima pertama kali turunnya Al Qur’an ini ? Salah satu jawabnya ialah karena bangsa Arab adalah bangsa yang sangat kuat hafalannya. Kuatnya hafalan ini terbentuk karena kebanyakan dari mereka adalah orang yang tidak bisa mencatat maupun membaca. Bukti bahwa hafalan mereka sangat kuat ialah dengan banyaknya syi’ir Arab yang mereka hafalkan dengan berbagai modelnya. Selain itu, seseorang akan sangat hafal dengan nasab keluarganya, bahkan hingga sangat jauh ke atas.

Karena kekuatan hafalan itulah, Al Qur’an diturunkan kepada mereka. Dengan itu, Al Qur’an tidak mungkin bisa dirubah karena ia hanya berpatokan kepada hafalan, bukan kepada tulisan.

Kehidupan yang Sederhana

Sebagaimana kita tahu bahwa bangsa Arab hidup di tengah padang pasir yang tandus. Dengan kondisi alam yang seperti itu, maka kehidupan mereka tergolong sederhana dibandingkan dengan kehidupan bangsa-bangsa yang ada di sekitar mereka. Kesederhanaan itu akhirnya melatih hati mereka untuk menjadi hati yang bersih dan bersahaja. Dengan kesederhanaan itu pula, mereka jarang untuk ingin mendapatkan kehidupan dunia yang lebih. Oleh karena itu lah, mustahil pula bagi mereka untuk membuat Al Qur’an versi mereka hanya demi mendapatkan kedudukan keduniawian. Dengan itu, keautentikan Al Qur’an tetap terjaga.

Untuk mendownload artikel, bisa melalui link ini.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *