Kalimat syahadat tentu tidak asing lagi bagi setiap muslim. Orang yang hendak masuk Islam, cukup diwajibkan mengucapkan dua kalimat syahadat. Ternyata, efek dua kalimat syahadat ini merasuk hingga ke rasa cinta. Antara syahadat dan cinta itu ibarat mie instan tanpa bumbu, bisa dimakan namun sepah rasanya.
Makna Syahadat
Kalimat syahadat itu kalau diringkas maknanya terdiri dari tiga kata. Pertama, kata syahadat itu sendiri. Kedua, kata Allah dan ketiga ialah kata Rasul. Untuk pemaknaan lafdzul jalalah ‘Allah’ dan Rasul akan kita bahas di artikel yang lain. Khusus kali ini, kita akan berfokus kepada makna kata asyhadu.
Kata asyhadu diambil dari kata syahadah. Syahadah sendiri bermakna melihat (al musyahadah), kesaksian (asy syahadah) dan sumpah (al half). Secara etimologi, ketiga makna itu memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Orang yang hendak melakukan kesaksian (asy syahadah) hendaknya harus pernah melihat (al musyahadah). Dengan itu semua, ia bisa bersumpah (al half). Biasanya, melihat (musyahadah) ini menggunakan hati dan pikiran, kesaksian (asy syahadah) menggunakan mulut dan sumpah (al half) itu menggunakan keyakinan. Dengan demikian, orang yang sudah mengikrarkan dirinya untuk bersyahadat, maka hati, pikiran, ucapan dan keyakinannya sudah mantab untuk bersaksi. Oleh karena itu, seseorang bisa dikatakan beriman dengan sempurna apabila hatinya yakin, mulutnya berucap dan dibuktikan dengan amalan. Itulah konsep al iman I’tikadun (keyakinan), qaulun (ucapan) dan amalun (perbuatan).
Bukti Syahadat
Bukti bahwa seseorang telah bersyahadat bahwa Allah ialah Tuhannnya dengan benar ialah dengan menyembah Allah SWT. Bagaimana cara menyembahnya ? Pertama dengan shalat dan tidak syirik kepada Allah. Lantas, dilanjutkan dengan ibadah-ibadah yang lain.
Adapun bukti bahwa seseorang sudah bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Nabi Allah terakhir ialah dengan menjadikan pribadi Rasul sebagai suri tauladan utama dalam keseharian. Baik suri tauladan dalam hal ibadah, muamalah maupun akhlak. Orang yang yakin dengan syahadat kedua ini, ketika shalat wajib mengikuti tuntunan Rasul, mulai dari syarat, rukun hingga sunnahnya. Muamalah pun demikian, ia tidak akan bermuamalah dengan riba dan dalam hal akhlak tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan akhlak Islamiy, seperti berkata jorok dan mesum.
Efek Syahadat
Seseorang yang sudah bersyahadat akan tertanam dalam hatinya rasa cinta. Cinta kepada Allah maupun kepada Rasul-Nya. Cinta ini oleh ulama dikategorikan menjadi tiga. Pertama, cinta yang utama. Kedua, cinta biasa dan yang ketiga ialah cinta yang hina.
Setiap orang itu secara fithrah akan mencintai kehidupan dunia dan segala hal yang mendukung kehidupannya. Allah SWT berkalam :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ ١٤
“Dihias-hiasi bagi manusia untuk mencintai syahwat dari perempuan, anak, harta perbendaharaan dari emas dan perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan ladang. Itu adalah kehidupan dunia dan Allah memiliki tempat kembali yang baik.” Q.S Ali Imran : 14
Cinta kepada harta dan kehidupan sejatinya ialah fithrah setiap manusia. Dalam kategori cinta di atas, cinta seperti ini dapat dikategorikan kepada cinta kedua, cinta yang biasa. Cinta seperti ini bisa naik menjadi cinta yang luar biasa dan bisa menjadi cinta yang hina.
Cinta Biasa Menjadi Cinta yang Luar Biasa
Cinta yang muncul secara fithrah di atas, bisa menjadi cinta yang luar biasa ketika ia dihadapkan dengan cinta kepada Allah dan Rasulnya lantas ia memilih untuk lebih mengedepankan cinta kepada Allah dan Rasul. Allah SWT berkalam :
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ
“Dan di antara manusia ada orang yang menjadikan tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintai mereka seperti cinta kepada Allah. Dan orang-orang yang beriman itu lebih cinta kepada Allah.” Q.S Al Baqarah 165
Bagaimana contoh mengedepankan cinta kepada Allah dan Rasulnya itu ? Ketika anda bekerja kemudian muadzin mengumandangkan adzan dhuhur, maka dalam keadaan ini, anda memiliki dua pilihan. Meneruskan pekerjaan atau menghentikan sementara untuk menjalankan shalat. Ketika anda memilih untuk menghentikan sementara demi menjalankan shalat, maka cinta biasa yang anda miliki berubah menjadi cinta luar biasa. Allah memuji orang-orang seperti ini dalam kalam-Nya :
ﵟرِجَالٞ لَّا تُلۡهِيهِمۡ تِجَٰرَةٞ وَلَا بَيۡعٌ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ يَخَافُونَ يَوۡمٗا تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلۡقُلُوبُ وَٱلۡأَبۡصَٰرُ ٣٧ﵞ
“Orang-orang yang tidak membuat mereka lalai jual belinya dari mengingat Allah, menegakkan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang membuat hati dan mata berbolak-balik.” Q.S An Nur : 37
Cinta Biasa Menjadi Cinta yang Hina
Namun, tidak menutup kemungkinan sebuah cinta biasa berubah menjadi cinta yang hina. Cinta itu berubah menjadi cinta yang hina ketika cinta biasa itu dihadapkan dengan cinta Allah dan Rasul-Nya, namun ia tetap mengedepankan cinta dunia.
Sebagai contoh, ketika seseorang berdagang dan bertepatan dengan dikumandangkannya adzan shalat dhuhur. Ketika itu, ia tetap memilih berdagang tanpa memperdulikan shalat, di situlah cintanya berubah menjadi cinta yang hina. Allah SWT mengecam orang-orang yang memiliki cinta demikian dalam kalam-Nya :
قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ
“Katakanlah,’Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, pasangan kalian, keluarga besar kalian, harta yang kalian usahakan (untuk didapat), barang jual beli yang ditakutkan kerusakannya serta rumah tinggal yang kalian damba-dambakan lebih kalian cintai dari pada Allah dan Rasulnya serta berjihad di jalan-Nya maka kalian tunggullah hingga Allah mendatangkan urusannya. Dan Allah tidak menunjuki orang-orang yang fasik.” Q.S At Taubah : 24
Allah mengancam orang-orang yang lebih cinta kepada kehidupan dunia dengan mengesampingkan cintanya Allah dan Rasulnya untuk mendapatkan adzab dari Allah. Adzab apakah itu ? Wallahu a’lam. Namun, bisa jadi dengan adzab itu ia akan sulit terlepas dari jeratan cinta dunia sehingga ia menjadi budak dunia hingga akhir hayatnya.
Suka menulis, membaca dan belajar. Alumni Islamic University of Madinah dan kini sedang melanjutkan study di fakultas Studi Islam UMJ.