Teman-teman,
ada 7 macam air yang bisa kita gunakan untuk bersuci. Dengan salah satu dari
tujuh air tersebut, kamu bisa wudhu, mandi besar atau membersihkan barang yang
najis. 7 air itu ialah :
1.
Air hujan. Allah SWT berkalam dalam surat Al-Anfal : 11 ‘Dan
Dia yang menurunkan kepada kalian dari langit berupa air untuk mensucikan
kalian.‘ Artinya, Allah menurunkan air hujan kepada kita itu selain sebagai
sumber hidup manusia, tumbuhan dan hewan, ia juga bisa digunakan untuk bersuci
dan itu pun gratis. Tanpa kita meminta, Allah sudah memberi kita air yang
melimpah untuk wudhu. Lantas, apa yang menghalangi kita untuk tidak berwudhu
dan sholat menghadap kepada Dzat yang telah menurunkan air tersebut ?!
2.
Air laut. Rasulullah SAW bersabda,‘Laut itu bangkainya
halal dan airnya suci.’ HR. Abu Dawud. Misalkan, suatu saat kamu camping di
pantai dan tidak membawa air tawar sama sekali, maka kamu boleh menggunakan air
laut tersebut sebagai sarana wudhu. Bahkan, kalau kamu menemukan bangkai ikan
yang terdampar di pantai, kemudian kamu makan, maka itu halal, meskipun ikan
tersebut dari jenis karnivora. Kalau misalkan air laut tersebut tercemar dengan
sampah atau yang lainnya bagaimana ? Maka pilih saja air laut yang tidak tercemar.
Tercemarnya air laut di sebagian tempat tidak membuat air laut seluruh dunia
ini jadi tercemar pula.
3.
Air sumur. Apabila air di sumur, bolehlah menumpang mandi.
Kayaknya potongan pantun itu sangat relevan untuk pembahasan kita saat ini. Yaitu,
kalau memang ada air di sumur, maka air tersebut bisa digunakan untuk bersuci.
Kalau misalkan di sumur itu pernah ada bangkai tikusnya bagaimana? Tetap boleh digunakan
untuk bersuci selama airnya lebih dari dua qullah (sekitar 216 lt) dan
barang najisnya tidak sebanyak air tersebut. Atau simpelnya, selama air sumur
tersebut penuh, maka sumur tersebut boleh digunakan untuk bersuci meskipun
pernah kecemplung barang-barang yang najis. Yang dianggap najis hanya air yang
berada di sekitar barang najis yang kecemplung tersebut.
Rasulullah pun pada suatu saat pernah berwudhu di
sumur Bidho’ah. Bekas sumur itu sekarang di bangun hotel dan jalan di dekat
hotel Movenpick Madinah Al Munawwarah. Padahal pada zaman itu, sumur itu
digunakan untuk membuang kotoran, sisa darah haidh dan jeroan hewan. Para
shahabat pun bertanya kepada Rasulullah mengapa beliau wudhu di sumur itu. Beliau
pun menjawab,’Sesungguhnya air itu tidak bisa dibuat najis sama sekali.’ Hadits
ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitab sunannya.
4.
Air
sungai. Air sungai yang mengalir
itu boleh digunakan untuk bersuci, meskipun kadang ada kotoran yang dibuang
disitu, sampah atau barang najis lainnya. Selama air sungai tersebut mengalir,
maka tetap boleh digunakan untuk bersuci.
Ini sangat cocok bagi kamu yang suka mendaki atau camping,
selama kamu menemukan sungai mengalir, maka disitulah fasilitas bersuci dan konsumsi
kalian terpenuhi.
5.
Mata air.
Mata air itu hukumnya sama dengan sumur.
Selama air di mata air tersebut melimpah, maka tidak mengapa digunakan untuk
bersuci meskipun sebelumnya pernah kecemplung barang yang najis.
6.
Air salju
dan air embun. Nah, dua macam air ini
sangat unik. Mengapa ? Karena cara dapatnya aja susah. Untuk air salju itu di negara
kita tidak ada dan air embun itu sangat sedikit sekali. Jadi memang sulit untuk
mendapat dua macam air ini. Meskipun demikian, ketika kamu suatu saat pergi ke
tampat bersalju dan menemukan salju yang mulai mencair, maka air dari salju itu
juga bisa kamu gunakan untuk bersuci. Begitu juga embun. Ketika di puncak
gunung mungkin bisa mengumpulkan begitu banyak air embun, maka air itu juga
bisa digunakan untuk bersuci.
Dasarnya apa koq air salju dan air embun
bisa digunakan untuk bersuci ? Rasulullah dalam doa iftitah allahumma baid
baini… menyebutkan salju dan embun sebagai pembersih dosa. Artinya, air
salju dan air embun itu bisa membersihkan kotoran batin yang berupa dosa,
apalagi dengan kotoran dhahir yang berupa najis. Dengan demikian, dua macam air
itu pun bisa digunakan untuk bersuci.
Suka menulis, membaca dan belajar. Alumni Islamic University of Madinah dan kini sedang melanjutkan study di fakultas Studi Islam UMJ.
